Chereads / Cinta Dua Sejoli / Chapter 6 - Kenangan Di Masa Lalu

Chapter 6 - Kenangan Di Masa Lalu

Gummy tersenyum kecut diriingi dengan Abiyan yang terkekeh, ketika Starla menoleh ke samping. Abiyan bergerak cepat dengan mengayunkan tangannya ke arah rambut Gummy yang diikat kuda. Rambut Gummy dengan mudah ditariknya ke belakang, sontak Gummy termundur kakinya. Ia menatap Abiyan dengan kesal,  lalu menoleh pada Starla. Tepat waktu untuk memindahkan orang ketiga, yaitu Gummy. Bagai benalu yang baik hati, Gummy merasa kehadirannya tidak berguna sama sekali.

Kakak kelas terlalu mengerjai kepolosannya, lalu bagaimana nanti kalau Gummy tidak polos lagi, ia akan bilang pada kepala sekolah atau ia akan mengadu kepada orang tuanya tentang perlakuan dari kedua kakak kelasnya. Sayangnya, ia adalah murid biasa saja yang tidak membuahkan hasil apapun untuk sekolah. Dihempaskan dari sekolah adalah cita-cita adiknya yang menganggap Gummy terlalu bodoh untuk menerima pelajaran.

Tidak ada kebahagiaan yang indah, jika bukan dari mereka yang dicintai atas kebodohan.Gummy meringis gelisah, ia menatap ke sekitarnya.Lampu mall yang terang begitu memuakkan dirinya. Pemandangan yang tidak menyenangkan dan perlakuan sewenang-wenang telah ia terima hari ini. Mulai besok, Gummy berjanji akan menuntut balas perbuatan kakak kelas yang rasanya ingin ia lempar jauh-jauh, terkecuali Abiyan. Bisa-bisanya sekarang ia pilih kasih. Ada apa dengannya?

Abiyan dan Starla menoleh ke belakang, mereka secara bersamaan memandangi Gummy dari atas ke bawah dengan tatapan sinis. Starla menautkan alis pada Abiyan yang menggangguk.

"Adik kelas itu,  ikut kita makan juga?"

"Hmm."

Abiyan melirik ke arah Gummy yang mukanya merah padam. Cewek itu tahu kalau mereka membicarakannya. Sebelum seniornya buka mulut, Gummy terlebih dahulu memekik.

"Gue lapar kakak kelas."

"Udahlah bawa aja,"pinta Abiyan.

"Kasihan," sambungnya.

Dengan berat hati Starla menurut saja. Mereka mampir di salah satu tempat makan di mall yang disulap menjadi sebuah taman cinta dengan background es krim, dan dihiasi beberapa origami yang bergantungan, dan pohon cemara yang mekar. Menyilaukan, bagi mata yang memandangnya.

Dilengkapi dengan tempat duduk yang memanjang. Cukup untuk beberapa orang. Gummy tak tau diri, ia segera memilih duduk di dekat mereka, tapi tidak dalam satu meja. Starla memesan Sandwich dengan jus orange yang menyegarkan, sedangkan Abiyan lebih tertarik pada burger dengan acar dibawahnya serta tea Thailand.

Gummy menjerit pelan dalam hatinya, tidak menyangka, jika seorang Abiyan juga menyukai minuman yang ia suka. Kami memiliki beberapa kesamaan. Dari sama-sama suka warna biru, suka menonton film Harry Potter, tidak menyukai kacang hijau, dan sama-sama takut pada Badut. Ia tahu semua berita itu dari hasil stalkernya tadi malam. Cewek yang mengetahui segalanya, tanpa perlu bertanya pada orangnya langsung.

Saat makanan yang dipesan oleh pasangan sejoli itu terlebih dahulu sampai, mereka tidak menyia-nyiakan dan tidak banyak ngomong lagi, Starla langsung melahap sandwich yang berlumuran krim putih itu, begitupun dengan Abiyan yang memakan burgernya dengan lahap. Gummy menatap mereka berdua dengan perasaan iri, ia yakin kalau kehadirannya hanya dijadikan baground oleh mereka berdua.

Gummy kini terlihat muak dan jenuh saat mereka bermesraaan saling menyuapi satu sama lain, mana pesanan Gummy belum datang. Bertambahlah derita yang harus dialami cewek malang seperti Gummy. Perutnya sudah mengamuk dan hatinya juga ikut membara.

"Huh. Haus," desis Gummy resah, padahal ia hanya memesan kentang goreng dan Thailand Tea, lebih simple dari pesanan orang sebelahnya, karena tidak tahan menunggu lama, Gummy sengaja menahan seorang pelayan yang dikiranya membawa pesanannya, sontak ia merebut nampan pelayan itu, lalu meminum gelas kecil di nampan. Seteguk, dua teguk, air di dalam gelas ludes. Tiba-tiba ia merasakan kepalanya puyeng. Tubuhnya bagai dihipnotis, seolah melemas dan sepasang matanya berkedap-kedip. Otaknya kehilangan memori beberapa saat,  ia menyumpah untuk waktu yang tidak lama.

Gummy ingin pingsan, setelah minuman itu dianggapnya racun. Minuman yang memabukkan dirinya. Sedetik berlalu, Gummy menengkulupkan kepalanya di meja, ia tergeletak tak sadarkan diri begitu saja. Pasangan kekasih yang memperhatikan tindak tanduk Gummy dari awal, jadi kebingungan akan sikapnya yang mabuk setelah meminum minuman yang bukan untuknya.

"Mas, sini." Starla melambaikan tangan ke pelayan yang terganga, tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.

"Minuman apa sih yang barusan diminum dia," tunjuk Starla ke arah Gummy yang tergeletak pingsan tak sadarkan diri.

"Itu bir. Pesanan bule sebelah," lirik pelayan muda ke tempat yang lumayan jauh dari tempat duduk mereka.

Abiyan ternganga lebar, ia cukup syock mendengarnya. Starla sampai menghembuskan napas berat.

"Bangun-bangun langsung puyeng tu adik kelas," tebak Starla.

Abiyan melangkahkan kakinya ke tempat Gummy, ia mendongakkan kepala gadis itu. "Starla pasti nyuruh gue buat tinggalin dia," batin Abiyan menaruh wajah Gummy yang sempat ia pegang kembali ke meja dengan perlahan.

"ABIYAN," teriak Starla, karena panggilannya diacuhkan. Abiyan mengerjapkan mata, ia langsung spontan menjawab.

"Iya Star. Kenapa?"

"Gimana?"

"Tinggalin aja."

"Tuh kan," gumam Abiyan. Tebakannya benar. Starla memang anak manja yang terkadang, tidak mau bertanggung jawab.

Cowok berkaos oblong simple itu memutar otak demi mencari ide brilian untuk menghasut Starla, agar sedikit saja bisa berbuat baik pada adik kelasnya. Tanpa membuang waktu percuma, tangannya sibuk memainkan ponsel, sambil menjelajah aplikasi, lalu menekan aplikasi grab, ia akan memulangkan pacarnya dengan alasan bahwa Starla harus pulang cepat, kata ibunya. Dengan begitu, Abiyan akan bertindak sesuka hati pada Gummy. Tidak akan ada lagi yang menekannya.

"Star, lo kayanya harus pulang duluan deh."

Abiyan menghampiri Starla, lalu mengalungkan lengannya ke pundak Starla dengan romantis. Ia mengiringi langkah kaki Starla untuk keluar mall bersama Starla yang terpaku diam. Entah kenapa, ia tak ada kekuatan sama sekali untuk menolak gandengan tangan dari kekasihnya, hingga sampai di ambang pintu mall, sudah ada mobil berwarna putih bertengger di depan. Abiyan melambaikan tangan kepada sopir yang merespon cepat. Starla mengeryitkan dahi, bingung juga akan sikap buru-buru Abiyan.

"Starla, lo hati-hati yah. Ibu lo bilang ke gue, kalau lo harus balik sekarang."

Setengah tidak percaya, Starla curiga. Jangan-jangan pacarnya ini akan memanfaatkan adik kelasnya yang mabuk untuk--akh tidak. Jangan gila Starla.

"Adik kelas itu tinggalin aja, atau pulangin naik apa kek,"

"Iya bawel."

Abiyan membukakan pintu taxi. Starla masuk juga akhirnya, lalu mobil itu melaju dengan cepat di jalanan. Abiyan segera masuk, dan mendapati Gummy yang masih pingsan. Ia bergegas membayar makanan yang dipesan mereka bertiga, lalu mengangkat tubuh Gummy dengan perlahan ia menggendongnya, sekuat yang ia bisa lakukan. Sampai di depan pintu keluar, Abiyan menyetop taxi yang lewat, dan ia segera memasukkan dirinya dengan Gummy.

"Jalan pak."

"Baik."

Di dalam perjalanan, Abiyan menatap lekat wajah Gummy yang terlihat pucat pasi, lalu Abi menyandarkan punggungnya, berharap dia akan baik- baik saja. Kelopak mata Abiyan melirik ke leher Gummy yang terpasang kalung berliontin intan berbentuk bola basket, membuat Abiyan kaget, ia tidak mampu menahan gejolak batinnya, saat melihat kenangan yang cukup lama mati kini hidup kembali, sebagai ingatan yang paling tak terlupakan, sampai kapan pun.Tentang cinta pertama yang dilandaskan pengorbanan dan takdir harus mengatakan, kita berpisah.

"Kalung itu," gumam Abi tak beralih pandang. Gummy tersadar, saat ia melihat Abiyan mau mengayunkan tangan ke bagian lehernya. Ada apa? apakah Abiyan Vampire? pikiran gila mulai menghantui Gummy yang segera menepiskan dengan kasar lengan Abiyan.

"Mau apa lo kak? " Gummy menutup area wajah sampai keleher dengan tasnya. Abiyan memenjotkan bibirnya. Gummy menengok ke sekitarnya. Ia berada di dalam mobil bersama cowok, dimana jam sudah menunjukkan pukul 19.00 malam.

"Hah malam." Gummy memperhatikan sekelilingnya lagi,  hanya ada Abiyan dan juga sopir yang menyetir santai di depan.

"Kenapa kita berdua?"

"Lo mau bawa gue kemana?"

"Berisik lo Gum," tukas Abiyan mengacak rambut Gummy yang kusut sedari awal mereka bertemu. Gummy jadi kesal pada abiyan, ia pun memukuli cowok itu dengan tasnya.

Plak plak plak

"Mau gue laporin lo, atas kasus penganiyaan hah?" ancam Abiyan kesakitan, ia menepi untuk duduk ke ujung pintu taxi.

"Diharap tenang. Permasalahan pribadi jangan dibawa kesini. Pusing dengarnya." Abang sopir memijat pelipisnya. Kini Gummy dan Abiyan saling berada di pojokan pintu, hening sejenak.

Gummy meingangat kembali apa yang dilakukannya sebelum bersama Abi di dalam mobil berdua. Abiyan memandangi Gummy.

"Mabuk, nggak mabuk. Tetap aja rese!"

"Lo kenapa sih? pikiran lo itu aneh semua." Abiyan menggeser tempat duduknya, lalu bersandar di pintu.

"Lo lebih mirip kurcaci Snow White," celoteh Abi terkekeh.Gummy ingin membalasnya dengan menghantamkan lagi tasnya.

"Sialan lo kak!"

"Bener-bener adik kelas yang nggak tahu terima kasih lo!"

"Barusan lo mabuk, jadi gue mau antar lo pulang kerumah. "

"Lo liat ke depan jalan sana. Arah ke rumah lo kan?"

Gummy memilih bungkam sementara waktu. Ia mencoba mengingat kembali kejadian tadi, namun ia seolah kehilangan memorinya, bagai ponsel yang direset ulang.

"Emang gue kenapa?"

"Lu main nyelonong aja minum-minuman yang bukan pesanan lo," jawab Abiyan, masih dengan suasana kecurigaan dari Gummy.

"Gue minum apaan?"

"Bir gila."

"Hah?"

Gummy pingsan begitu selesai mendengarnya. Abiyan menepuk jidat Gummy. Lelaki itu tampak kesusahan meladeni cewek pingsan. Ia juga harus menahan beban badan Gummy yang menguras tenaganya. Ia lelah sendiri. Setelah sampai di rumah Gummy, Abi pun langsung menjatuhkan Gummy di lantai, agar ia bisa membongkar isi tas Gummy untuk mencari sebuah kunci rumah.

Abiyan langsung membuka pintu rumah sembari menggendong Gummy lagi. Ia merebahkannya di sofa, lalu memandangi kembali kalung di lehernya. Otaknya kembali berkelana ke masa lalu. Abiyan menjauh beberapa langkah, saat mengetahui Gummy membuka matanya. Gummy terbangun, dan menemukan kepalanya berputar-putar.

"Eh ada kak Abiyan. Hai kakak." suara Gummy jadi mabuk.

"Lo ada di rumah. Tenang aja. "

"Gue suka sama lo adik kelas. Lo mau kan jadi pacar gue?"

"Hai pacar."

Abiyan melambaikan tangan, lalu menatap Gummy yang berdiri di ambang pintu rumahnya dengan terdiam. Cowok bermata hitam lekat itu terlihat menyunggingkan bibirnya ke atas. Gummy sama sekali tidak meresponnya. Pagi-pagi begini, ia sudah disambut Abiyan yang menjengkelkan. Bilang pacar pula, baru juga ia selesai mandi  di hari Sabtu, dimana waktunya sekolah libur. Kesejukkan rohaninya memudar saat melihat Abiyan yang membelokkan motornya menuju kehalaman rumahnya.

Gummy mengacak kedua pinggang sambil memperhatikan Abiyan yang melenggang, mengitari halaman rumahnya menggunakan motor sportnya.

"Sejak kapan gue pacaran sama kakak?" Gummy mempertanyakan kembali, pernyataan yang barusan dilontarkan oleh Abiyan. Abiyan memasang wajah santai, ia membuka tas punggungnya, lalu mengambil ponsel miliknya dan mulai mencari alat perekam. Tak lama kemudian ia memperdengarkan rekamannya pada Gummy yang mendengarkan dengan seksama.

"Adik kelas, gue suka sama lo. Lo mau gak jadi pacar gue?"

"Mau banget kak!!!"

Titttt

Rekaman itu berhenti.

Gummy terdiam, ia seakan tersedak mendengarkannya. Tidak percaya, namun itu nyata, kalau gini ia jadi ingat pepatah mati enggan hidup pun enggan. Perasaannya jadi bercampur aduk sekarang, bagai tepung dan telur yang dikocok. Gelora cinta yang mendebarkan hatinya, belum ia sadari sebelumnya. Abiyan masih meliriknya dengan menyeringai. Kehabisan kata-kata Gummy tidak mampu bereaksi hanya meneguk saliva dengan berat. Ini bukan cobaan dan ini bukan masalah, tak lebih dari sekedar gangguan yang diterimanya saat Abiyan memanfaatkan momen, dimana saat itu ia sedang mabuk.

"Nggak bisa dong." Gummy menggeleng.

"Kenapa nggak? Gue punya bukti," jawab Abiyan.

"Tapi kan gue lagi mabuk,"elak Gummy. Akhirnya, ia ingat kejadian semalam.

"Mau lo mabuk atau nggak. Gue tetap nggak peduli."

"Atau lo mau gue bilangin ke bokap lo, kalau lo udah berani minum bir?"

"Gue juga punya rekaman gurauan lo waktu mabuk kemarin." Abiyan nyengir. Ibarat main catur, pertahanan Gummy sudah lemah.

"RESE LU KAK!" teriak Gummy.

"Udahlah. Akuin aja kita pacaran."

"Lo selingkuh. Gue bilangin Starla," balas Gummy antusias. Abiyan malah tertawa renyah.

"Starla? Ntar gue putusin. Kan gampang." Abiyan mengangkat kedua bahunya.

"Nggak kak. lo mainin gue."

"Mainin? emang lo boneka?"

"Gue cuman.." Abiyan menggantung kalimatnya.

"Cuman manfaatin adik kelas yang nggak berdosa ini hah?" sambung Gummy.

"Sok suci lo. "

"Biarin. "

"Yaudah. Ayo kita jalan!"

"Ayo naik!" dagu Abiyan menunjuk ke belakang motornya.

"Lo bilang naik? lo nggak liat apa pakaian gue?" tukas Gummy seraya mengetukkan jemari kakinya ke tanah. Abiyan memandangi Gummy dari atas ke bawah, lalu ia tersenyum.

"Biar aja."

"Ayo naik. "

Wajah Gummy berubah tegang.

"Apa?" Ia melipat tangannya di dada. Gummy semakin meradang, membuat penyiram tanaman yang ada di sampingnya, ia ambil, lalu Gummy semprotkan airnya ke wajah Abiyan. Meski hanya sebuah percikan, ternyata mampu membuat basah pakaian Abiyan yang berusaha menghindar, memboyong dia dan motornya menjauh.

"Wah apa-apaan lo. "

Gummy berbalik badan, ia menutup pintu dengan asal.

Di suatu restoran mewah di tengah kota yang dihiasi dengan lampu yang terang, tampak memberikan cahaya di gelapnya malam yang pekat. Dilalui oleh banyak pengendara yang menoleh kebingungan, karena melihat sepasang anak muda tengah adu argumen di pinggir jalan. Tepat di depan restoran itu Gummy tak tahu malu, ia segera menghapus lipstik di bibirnya sambil menghadapi pria berperawakan tinggi yang memakai jaket casual yang berwarna putih. Gayanya menandakan kalau dia adalah pria yang cool.

"Gue nggak suka bibir gue diwarnain gini!"

Gummy menatap pemuda di hadapannya dengan beringas, sedangkan tangannya sibuk menghapus tisu ke bagian kulit bibirnya yang kini tampak kemerahan.