"Berhenti untuk mempermainkan suamimu, Lova. Itu sama sekali tidak lucu." Suara terdengar dari balik yang ada di depannya.
Tak berselang lama seorang pemuda keluar dari sana. Ranu memandangnya dengan sedikit jengkel, tetapi dia tidak bisa memarahi Lova untuk saat ini.
Lova malah tertawa ringan di tempat duduknya. Dia menatap langkah kaki Ranu yang berjalan mendekatinya sembari membawa satu nampan untuk menjamu kedatangannya.
"Kenapa kamu lebih memilih tinggal di rumah seperti ini? Pada lagu yakin orang tuamu pasti akan memberikan rumah mewahnya padamu nanti," ucap Lova. Dia mengabaikan kalimat terakhir milik Ranu.
Ranu meletakkan nampan di atas meja dan menurunkan dua cangkir teh di depan Lova. "Aku tidak mau digunakan sebagai boneka mereka. Jadi selagi aku bisa memilih, aku memilih dibelikan rumah."
Lova terkekeh. "Bar dan diskotik?"