Mayya mondar-mandir seperti orang yang sedang kebingungan. Ranu yang berada di sisinya hanya terus mengawasinya dalam diam. Melihat raut wajahnya saja, Ranu tidak berani untuk mengganggunya.
"Aku harus masuk ke dalam!" Mayya tiba-tiba saja berucap. Dia menatap wajah Ranu yang juga ikut khawatir dengan situasi yang ada.
Mayya kembali menegaskan. "Aku tidak bisa berdiam diri di sini dan menunggu mereka keluar dari kamar."
"Aku tidak mau hal buruk terjadi pada ibuku." Perempuan itu terus mendesak. "Aku tidak bisa tenang meskipun ibuku tidak menjerit atau semacamnya."
Ranu meraih tangan Mayya dan menggenggamnya. "Kamu tidak boleh khawatir berlebihan seperti itu. Nanti bisa mempengaruhi kandunganmu," ucap Ranu.
"Aku yakin kalau ibumu baik-baik saja dan tidak mungkin kalau ayahmu menyakitinya. Dia tahu kalau kita ada di sini, dia tidak akan berani bertindak yang macam-macam." Ranu mencoba untuk mengembangkan senyum di atas bibirnya, agar Mayya juga bisa tersenyum sekarang.