Mayya terkejut melihat seorang pria yang berdiri di ambang pintu masuk. Sialnya dia tersenyum ke arah Mayya, seakan-akan menandakan bahwa kedatangannya membawa atmosfer yang baik untuk dirinya.
Namun, Mayya tidak merasakan hal itu. Dia hanya merasakan kemarahan dan kejanggalan di dalam hatinya. Tentu saja kedatangan ayah tirinya tidak pernah diharapkan olehnya.
"Haruskah aku mengusir ayah dari sini?" Mayya memicingkan mata. "Aku benar-benar tidak menyukai kehadiran ayah sekarang."
Rian malah tertawa. "Kamu tidak bisa mengusirku karena aku datang ke sini sebagai ayahmu."
Rian berjalan masuk ke dalam rumah. Dia menatap keadaan sekitarnya. Kepalanya manggut-manggut seakan sedang menilai sesuatu.
"Rumah ini cukup nyaman untuk kita tinggali berempat," kata Rian.
Mayya tersenyum seringai mendengar kalimat itu. "Ayah berpikir aku akan menerima ayah untuk tinggal serta di sini bersama aku dan ibu?"