Lova menerima satu cup berukuran besar kopi dingin yang diberikan Ranu untuknya. Dia tidak banyak berbicara. Lova mirip seperti orang yang sedang depresi. Pikirannya dipenuhi dengan kegilaan yang luar biasa. Dia tidak sanggup menghadapi semuanya. Lova benar-benar dipaksa untuk waras di tengah kumpulan keadaan yang semakin gila setiap detiknya.
"Kamu akhirnya bertemu dengan ibunya." Ranu duduk tepat di sisi Lova. Mereka sengaja memilih tempat yang jauh dari keramaian, tepat berada di sisi tangga naik, melihat pemandangan lantai yang ada di bawahnya.
Ranu menoleh pada wanita yang masih kokoh dalam diamnya. "Kalau boleh tahu apa yang kalian bicarakan?" tanyanya. "Sesuatu hal yang penting? Berhubungan dengan Mayya dan Mas Pritam?"
Lova malah tersenyum mendengarnya.
"Kamu malah tersenyum? Aku benar-benar menunggu jawaban darimu." Dia mengimbuhkan. Ranu membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman berbicara. "Aku harap kamu tidak mengacaukan apapun."