"Lova!" Wanita itu berlari ke arah putrinya, begitu juga sebaliknya.
Semua kerinduan lebur dalam satu pelukan yang terkesan begitu hangat dan nyaman. Ada satu kebanggaan di dalam dirinya setelah melihat putrinya hari ini. Bahwa kehidupan di Jakarta tidak benar-benar menghancurkan dirinya. Penampilannya pantas untuk dibilang nyaman tinggal di kota orang, memulai semuanya hanya bermodalkan nekat.
"Ah, padahal kita bertemu terakhir kali saat pemakaman Nike. Itu belum lama." Lova melepas pelukan ibunya. "Namun, rasanya seperti bertahun-tahun berlalu dan kita baru bertemu sekarang."
Keduanya saling pandang dalam diam. Janti, begitulah wanita tua itu biasanya disapa agar oleh teman-temannya, hampir saja meneteskan air matanya setelah melihat banyak perubahan dalam diri putrinya.
"Kenapa mata ibu berkaca-kaca?" tanyanya. Dia memasang ekspresi wajah sedih untuk mendukung kalimatnya itu. "Jangan menangis. Kita bertemu dalam keadaan bahagia jadi tidak boleh ada air mata."
