"Menangis tidak akan menyelesaikan apapun, Mayya." Ranu memberikan sapu tangan kecil untuk menyeka air matanya.
Tentu saja melihat gadis yang dia cintai menangis adalah luka tersendiri untuknya. Dia tidak kuasa melihat Mayya begitu. Meskipun kabar yang dibawa olehnya benar-benar mengejutkan untuk Ranu. Dia tidak habis pikir dengan apa yang terjadi.
Mayya menerima sapu tangan itu dan menyeka air matanya. Dia belum berani untuk menatap teman lamanya. Tidak menyangka kalau dia harus menyebarkan kabar kehamilannya secepat ini. Apalagi jika orang lain yang pertama kali tahu adalah Ranu.
"Maafkan aku ...." Dia akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. Suaranya begitu pelan, menandakan kalau dia sudah tidak punya keberanian untuk berbicara ataupun lagi sebenarnya. Dia memaksakan hal itu.
Ranu menoleh. Dia menatap wajah pucat Mayya. "Mas Pritam tahu tentang kehamilan ini?" tanyanya.
Mayya menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan mengatakannya."