Suara pintu diketuk membuyarkan fokus Karan. Pria itu hampir saja menekuk segelas air putih, tetapi tamu yang datang menyela dirinya.
Dia berdiri di depan pintu, menarik nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Dia berharap Kalau itu bukan tamu atau klien yang datang sebab wajahnya tidak pantas untuk menyambut mereka. Akan sangat sulit dijelaskan jika mereka bertanya alasan kenapa wajahnya begitu.
Dia membuka pintu, seorang sudah berdiri di depan lambang pintu rumahnya. Wajahnya tidak asing Karan.
"Selama malam, Mas." Dia tersenyum manis sembari menatapnya dengan begitu hangat. Sekarang tangannya terulur memamerkan apa yang dipegang olehnya.
"Aku mampir ke apotek sebelum datang ke sini," katanya. Padahal Karan tidak pernah memberitahu siapapun bahwa dia sedang terluka hari ini. Dia tidak ingin menimbulkan banyak pertanyaan yang dirinya sendiri dan untuk menjawabnya.
