Malam tiba dengan langit mendung yang ada di atas sana. Lentera berwarna kekuningan adalah sumber cahaya utama di tempat ini. Dia berusaha sekuat tenaga untuk mengenang masa-masa baik tanpa air mata. Memang pada akhirnya kedatangannya kemari hanya membawa sekelebat ingatan tentang masa lalunya bersama Nike.
Dia tidak pernah percaya bahwa hari buruk seperti ini benar-benar akan datang padanya secepat ini.
"Aku sudah menyiapkan teh di atas meja, Mbak." Suara gadis muda menyela keheningan yang ada. Suaranya begitu khas masuk ke dalam lubang telinga Lova.
Dia Lania, adiknya yang dia tinggal bersama ibunya untuk merawat wanita tua itu.
"Nanti Mbak ke sana ya," jawab Lova. Dia tersenyum seadanya.
Lova mengira setelah dia memberi jawaban seperti itu adiknya akan pergi dari sana. Akan tetapi, dia salah saat kembali menoleh sebab tidak ada pergerakan dari Lania.
"Ada yang mau kamu bicarakan sama aku?" tanyanya. Seakan dia memahami isi kepala adiknya itu.
Lania manggut-manggut.