Dia mengetuk pintu kayu yang ada di depannya beberapa kali, berharap kalau pemiliknya segera keluar dari dalam sana. Dia tidak tahu apa yang benar-benar merasuki hati dan jiwanya sekarang hingga pada akhirnya gadis itu berakhir di depan sebuah tempat yang begitu asing untuknya.
Karan pernah memberikan sebuah brosur yang membawanya datang ke alamat ini, bodohnya ini adalah kantor kerjanya bukan rumahnya. Namun, melihat cahaya dari dalam yang menembus celah-celah jendela dari dalam masa akan menjadi secercah harapan untuknya bahwa pria itu masih ada di dalam meskipun senja sudah turun dan malam hampir tiba.
"Karan?" Dia memanggil namanya untuk yang kesekian kalinya sebab harapannya tidak boleh punah begitu saja. "Kamu ada di dalam atau tidak?" Sedikit mendekatkan bibirnya ke daun pintu, berharap itu bisa memperkeras suaranya masuk ke dalam.
Sayangnya tidak ada jawaban darinya, sepi tanpa ada tanda-tanda seseorang ada di dalam.