"Tentang gadis yang datang ke rumahmu kemarin pagi dan mengatakan bahwa dia ingin menemui dirimu, dia siapa?" Felicia memandang ke arah pria yang sibuk dengan tumpukan dokumen di depannya. Awalnya dia yang ingin mampir dan melihat-lihat saja bangunan besar yang dirintis oleh mantan kekasihnya ini benar-benar dari bawah. Jika saja ayahnya tidak meninggal kalau itu, maka dia tidak akan pernah bisa menjadi anak yang mandiri. Dia selalu saja mengandalkan uang dan fasilitas yang diberikan oleh kedua orang tuanya.
Siapa sangka kalau dunia benar-benar mengubah dirinya dan pola pikirnya. Dia tidak lagi menjadi bocah yang manja.
"Tatapan matamu seakan berbicara bahwa dia istimewa," imbuhnya lagi. Seakan-akan masih belum puas padahal dia tadi sudah menjawab kalau itu hanya kenalannya.