Pagi, Kota Jakarta.
Jujur saja kalau dia baru saja tidur selama beberapa jam sebelum akhirnya dia kembali terbangun, seakan dipaksa oleh keadaan untuk menjalani aktivitasnya dengan normal meskipun hatinya terus menolak kalimat itu. Fakta bahwa pikirannya masih kacau adalah hal yang mendasarinya, dia masih enggan untuk beraktivitas.
Pada akhirnya, dia datang kemari. Entah ke mana tujuannya setelah ini, dia hanya punya informasi bahwa rumahnya di belakang pasar. Ternyata banyak rumah di belakang pasar, jajaran seperti perumahan yang tidak elit. Semuanya yang tinggal di sini punya rumah yang sedikit kotor, tidak lagi dibangun demi keindahan. Mungkin yang paling penting di sini adalah rumahnya nyaman dan bisa ditinggali. Setidaknya sepulang kerja mereka punya tempat untuk beristirahat tidak tidur di kolong jembatan.