Chereads / Marriage Obsession / Chapter 31 - 31. Investment: Married to you.

Chapter 31 - 31. Investment: Married to you.

Kafe cantik yang terletak di sisi jalanan kota menjadi tempat singgah untuk Lova bersama dengan pria yang katanya akan menunggunya di tempat ini, sesuai dengan apa yang katakan oleh Dani.

Pritam mau menemui dirinya pagi ini.

"Bagaimana kerjanya kemarin?" tanya Pritam, melirik Lova yang duduk di depannya. "Tentang bar dan diskotik." Dia menjelaskan, secara singkat kala melihat ekspresi wajah Lova yang dipenuhi tanda tanya.

Aneh saja, mereka menang tidak akrab dari awal, tetapi entah mengapa mereka selalu meluangkan waktu dan tempat untuk saling bertemu begini.

"Begitulah, " jawab Lova seadanya. Dia tersenyum tipis menatap Pritam. "Kalau kamu?" tanya Lova baik. Tunggu, bukannya peduli dengan pria yang ada di depannya, itu adalah kode etiknya. Jika ada yang bertanya tentang dirinya, maka dia juga harus menimpal dengan cara yang sama.

"Tentang apa?" Pritam balik bertanya, tertawa kecil. Melirik Lova sembari meletakkan segelas kopi yang dia pesan.

"Tentang harimu ...." Dia sedikit ragu. "Barangkali?"

Dia tertawa kecil mendengar kalimat itu, menganggukkan kepalanya ringan kemudian. "Begitulah." Membalas apa yang dikatakan oleh Lova sebelumnya, sepertinya dia adalah tipe pendendam secara tidak langsung.

"Apanya yang begitulah? Aku tidak tahu seperti apa harimu dan aku tidak tahu harus menjawab apa sekarang ...." Lova tersenyum kecil apa adanya, jujur saja dia canggung dengan keadaan yang seperti ini. Padahal mereka tidak akrab tetapi pria ini menghabiskan banyak uang untuk dirinya.

"Aku banyak menghabiskan waktuku di kantor. Mengelola dua tempat usaha sekaligus," ucapnya. Dia mulai menjelaskan layaknya seperti bos sembari menyandarkan tubuhnya ke belakang dan terus menetap ke arah hog perempuan yang ada di depannya.

"Bisnis pertama adalah pabrik tekstil yang cukup berkembang, aku punya dua cabang di Bandung dan Surabaya. "

Dia sedang menyombong? Entahlah. Baru kali ini dia berhubungan dengan teman yang super duper kaya seperti. Biasanya teman-temannya setara derajatnya dengan dirinya, kalau mereka sedang berkumpul biasanya saling mengadu nasib satu sama lain dan mencari siapa yang paling buruk di antara yang buruk.

"Dan yang kedua adalah aku sibuk mengelola manajemen uang dan karyawan yang ada di bar tempat kamu bekerja sekarang. Itu kesibukanku setiap hari." Dia menutup kalimatnya dengan tersenyum manis.

"Aku bukan tipe pria yang perfeksionis dan harus menyelesaikan semuanya dalam satu hari, jadi tidak perlu khawatir jika ...."

"Syukurlah jika kamu punya kesibukan seperti itu." Gadis itu memotong kalimat pria yang ada di depannya. Terus menerus melengkungkan bibirnya sebab dia sedang ditraktir makan enak sekarang.

Pritam yang mengajaknya datang kemari dan merekomendasikan tempat ini, luar biasanya lagi katanya tempat ini adalah milik teman dekatnya. Ternyata benar kata orang kalau lingkungan itu tergantung seperti apa kau menjalani hidupmu dan seperti apa kualitas yang kau punyai.

Dia tersenyum manis kemudian. "Aku juga bukan pria neko-neko yang suka main perempuan."

Bohong! Mulutnya benar-benar begitu enteng ketika sedang berbohong menyanjung dirinya sendiri, seperti sedang mempromosikan dirinya pada Lova.

"Meskipun aku adalah raja bar dan diskotik. Aku punya banyak kenalan di dunia malam tetapi aku tidak terlalu menyukai cara mereka bekerja."

Lova terus diam dan menatapnya. Semua yang ada di atas wajahnya itu dilukiskan dengan sempurna. Mata berbentuk kacang almond yang tajam memandang duduk di bawah alis tebal menyiku dan bulu mata lentik yang menyempurnakan kesan luar biasa dari pandangan matanya. Ditambah lagi lengkungan bibir merah muda, tipis berbentuk hati yang begitu cantik. Ada garis rahang tegas yang membentuk wajah diamond miliknya. Kalau tersenyum dia benar-benar mempesona.

Untuk mencari celah keburukan di wajahnya, tentu saja dia tidak bisa melakukannya dengan mudah. Pritam adalah tipe yang sempurna jika seseorang hanya memandang pasal fisik dan materinya. Dia pria yang diidam-idamkan oleh banyak kaum hawa di metropolitan.

"Kalau kamu tidak suka dunia malam kenapa kamu membangun tempat seperti itu?" tanya Lova. "Mungkin kamu bisa mengubah tempat itu menjadi tempat seperti ini," ucapnya mengusulkan sembari menatap ke sekitarnya. Tentu saja akan lebih baik kalau dia bekerja sebagai kasir di tempat seperti ini ketimbang pelayan di tempat yang buka ketika matahari terbenam. Kembali tutup kalau dunia mulai bekerja di pagi hari.

Dia yang ada di depannya tertawa kecil kemudian. Tentu saja itu membuat reaksi lain dari Lova.

"Ah, bukannya aku mau mengatur kamu yang tentunya lebih paham tentang dunia bisnis dan perusahaan. Namun, aku hanya mengusulkan kali saja kamu berminat untuk mengubah tempat kamu menjadi tempat nongkrong anak muda yang lebih lazim."

Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Entah mengapa semua yang dikatakan oleh perempuan ini tidak pernah menyakiti hatinya, dia hanya berpikir bahwa Lova itu keren di usianya.

"Nyatanya bisnis di dunia hiburan malam itu jauh lebih menjanjikan, Lova." Dia menaikkan kedua sisi bahunya seakan pasrah pada keadaannya. "Pada kenyataannya aku menjadi kaya karena itu," ucapnya.

Dia menghela nafasnya panjang. "Jujur saja aku punya teman yang duduk di bangku sekolah menengah atas dan perkuliahan waktu itu. Kita sama-sama belajar di pasar dunia bisnis, dia berpikir bahwa pasar bisnis adalah tentang bagaimana kita bekerja keras dan membangun semuanya dari nol juga memahami konsepnya dengan baik. Itu harus selaras ...." Pritam seakan akan sedang mengajari muridnya untuk belajar.

"Katanya juga aku tidak akan pernah bisa sukses sebab sikap manjaku dan aku bahkan mengawali bisnisku dengan uang orang tuaku. Aku tidak pernah mengalami jatuh dan aku tidak tahu rasanya mau mulai dari nol, dia berbicara tentang pengalaman dan menyombongkan pengetahuan juga kepandaian yang dia punya."

Lova tertarik dengan caranya berbicara, itu benar-benar menarik dan mudah untuk dimengerti.

"Coba tebak? Apa yang terjadi padanya sekarang?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya. Bukannya tidak mau untuk menebak lebih tepatnya dia tidak mau untuk berpikiran buruk.

"Dia bangkrut besar-besaran dan kehilangan banyak, sedangkan aku yang pandai memanfaatkan peluang berjalan sampai sekarang," ucapnya. Dengan bangga sembari menepuk-nepuk.

Jika tujuannya ingin membuat gadis yang ada di depannya terpesona dengannya, maka tujuannya benar-benar terpenuhi.

"Ah, aku jadi iri denganmu, Pritam." Lova menyahut. "Aku jadi ingin punya setidaknya satu bisnis untuk dijalankan di masa mudaku sekarang."

"Bagaimana jika berinvestasi denganku?" tanyanya tiba-tiba.

Nova mengerutkan keningnya kemudian. Mencoba untuk memahami ajakan dari pihak yang ada di depannya. "Aku tidak punya cukup uang untuk berinvestasi dan ...."

"Menikahlah denganku. Aku akan membuatmu hidup mapan dan memenuhi semua keinginanmu, Lova." Pria itu menatapnya, sedangkan yang ditatap hanya diam, terkejut.

Ajakan yang tiba-tiba.