Sean melempar ponselnya ke sofa ruang kerja dengan kasar sekembalinya ia dari rumah sakit. Ah, tepatnya hanya sampai lobi, karena Renatta yang kembali menolak dikunjungi. Terhitung sudah berkali-kali ia gagal mengunjungi Renatta dan malah berakhir meladeni wartawan. Lama kelamaan, Sean sadar bahwa ia tengah dimanfaatkan oleh adiknya yang kapitalis itu.
"Renatta harus menggajiku sebagai juru bicara mulai sekarang."
"Kau tampak lihai berbicara di depan kamera, tak heran jika Renatta suka menggunakanmu, Se," timpal Nova, manajer Renatta yang sama-sama dilarang berkunjung hari ini.
Sean mendengus sebal, melepas kostum 'penyamaran' yang selalu ia kenakan ketika hendak menemui sang adik. "Kau sudah mengurus si brengsek itu?"
"Ya, sudah. Semua kontrak iklan dan filmnya telah dibatalkan. Dia menjadi pengangguran dalam semalam."
"Bagus. Kuharap dia menjadi gila sekalian."
"Tentu saja, mungkin sebentar lagi dia akan dipenjara atau muncul dengan berbagai skandal murahan."