Andrea merasa tubuhnya pegal dan panas, padahal ia yakin masih tertidur di kasur empuk kamar tamu apartemen Svard semalam. Matanya masih berat, pun kepalanya. Ah, inilah akibatnya jika ia yang tidak biasa begadang sok-sok begadang dan terlalu asik mengobrol bersama Svard.
"Ya ampun…."
Andrea mengucek-ngucek matanya, memastikan sekali lagi bahwa ia tak salah melihat angka yang ditunjuk jam dinding di depannya. "Ya Tuhaaaaan… aku terlambat! Calle Svard!" teriaknya, tanpa aba-aba atau menggeliat di kasur lebih lama, Andrea lekas keluar, mencari Svard yang tidak membangunkannya.
"Di mana dia?" Andrea celingukan, Svard tidak ada di mana-mana. Di dapur, kamar mandi, kamarnya, atau balkon sekali pun. "Apa dia sudah berangkat duluan? Jahat sekal—"
Andrea tak melanjutkan kalimatnya, karena Svard sudah muncul duluan dari balik pintu apartemen. Ia baru saja kembali dari luar dengan pakaian serba tertutup dan mencurigakan.
