"Mohon maaf sekali lagi, saya tidak bisa. Lebih baik saya menolak diawal daripada saya tidak bisa melanjutkan saat sudah di pertengahan. Mungkin untuk kedepannya saya akan membuat gaun pengantin tapi untuk saat ini, kami masih penuh dengan pesanan lain." Jawab Gendhis dengan senyum yang menampakkan giginya.
"Aduh, sayang sekali. Kemana saya harus mencari penjahit lagi?" Wajah perempuan bermata sipit itu tampak jelas mengguratkan kekecewaan. Helaan napasnya yang berat seolah mengatakan kalau dia sudah mencari kemana-mana tapi tidak bisa menemukan satupun penjahit yang bisa mengerjakan yang dia mau.
"Kami bisa bantu." Tiba-tiba Rina berdiri dibelakang Gendhis dengan senyum cerahnya.
"Rina, apa maksud kamu? Sebentar ya …" Gendhis menarik tangan Rina untuk keluar dari ruang tamu, menuju ke ruangan belakang. "Maksud kamu apa?" Gendhis mengulangi pertanyaannya.
"Ndhis, kamu lupa ya kalau orderan kita yang sedang berjalan kan sebentar lagi selesai?"