"Iya, aku terserah kamu saja. Aku dan Abimana hanyalah penumpang. Jadi, kami akan mengikuti kemanapun nakhoda membawa kami berlayar." Jawab Gendhis sambil merapatkan cardigannya.
"Kamu kedinginan?" Gerakan Gendhis memeluk cardigan lebih erat membuat Erlangga tidak enak berlama-lama di balkon. Tanpa sepengetahuan mereka, seorang pria menatap jauh dari luar hotel kearah Gendhis dan Erlangga yang berpindah masuk kedalam kamar. Pria itu mengeraskan rahangnya tanpa menunjukkan ekspresi sama sekali. Setelah ayah dan ibu Abimana menghilang kedalam kamar, pria itu pun pergi meninggalkan tempatnya berdiri.
Gendhis sebenarnya sedikit merasa ada seseorang yang mengawasinya dari luar. Itulah yang membuat bulu kuduknya merinding, bukan karena angin malam yang bertiup. Namun, Erlangga juga menyelamatkan dirinya dengan mengajaknya kedalam.
