Andaikan saja malam itu Tio tidak memergoki percakapan mereka di taman, pasti kini Tio menganggap kalau Andita sebaik wajahnya dan anak itu adalah anaknya. Tapi kini yang Tio tunggu hanyalah kapan anak itu akan lahir sehingga dia bisa segera menceraikan perempuan yang sudah tidak dianggapnya lagi itu. Dia ingin segera memeluk Rara sebagai kekasih hatinya yang dengan segenap penyesalannya ditinggal begitu saja saat itu.
"Kamu tahu? Dengan ini aku nyatakan, aku menceraikan kamu. Kamu bebas melakukan apapun yang kamu mau, karena kamu bukan lagi tanggung jawabku. Secara agama, kita sudah bercerai. Secara hukum, aku akan mengajukannya secepatnya." Jawab Tio dengan wajah datar tanpa ekspresi apapun. Wajah Andita memerah. Tak terasa air matanya luruh membasahi pipi. Kata perceraian itu akhirnya keluar dari mulut pria yang pernah dicintainya itu, namun pernah tergantikan posisinya oleh pria yang menaruh benih di rahimnya untuk beberapa saat.