"Iya juga. Tapi, mba jangan terlalu capek."
"Iya, Bimo. Mba tahu kok sampai mana kemampuan mbak. Lagipula kamu kan juga tahu kalau dari dulu mbak mu ini terbiasa bekerja keras." Ucap Gendhis sambil tersenyum. "Sepertinya Abi sudah mengantuk. Sini mbak tidurkan dulu di kamar. Kamu kalau tidak sibuk, tolong lipat plastik-plastik ini sesuai warnanya masing-masing ya."
"Iya mba," Bimo menyerahkan sang keponakan yang masih merah dan rentan itu pada ibunya. Gendhis berjalan masuk ke dalam kamar meninggalkan Bimo dengan kesibukan barunya.
Baru saja Bimo ingin melipat plastik, tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya.
"Bim, besok aku mau ke perpustakaan pusat. Kamu mau ikut tidak? Kalau kamu mau ikut, aku tunggu di halte depan rumahku ya. Oya, pagi jam 9. Kamu bisa kan?" Pesan yang dikirimkan oleh salah seorang teman perempuan kuliahnya yang sama-sama sedang menyusun skripsi, namun mereka beda jurusan.