"Aku tidak akan melupakan peristiwa yang hampir merenggut nyawa ibuku dan aku sendiri. Dia begitu membenci aku sampai orang terdekat denganku ikut disiksa olehnya." Jawab Sandra lagi dengan rahang mengeras. Angger yang selalu datang menemani sang kekasih, setiap pulang kerja, mendekati perempuan yang masih menundukkan wajahnya dalam diam.
"Aku selalu menghormati apapun pilihanmu. Andaikan aku datang lebih cepat, wajahmu tidak akan mendapatkan tamparan dari perempuan gila itu." Angger mengusap pipi sang kekasih yang sekarang sudah tidak bengkak lagi. Sandra memegang tangan Angger dan menempelkannya lebih lama ke pipinya, dengan mata terpejam.
"Itu semua bukan salah kamu. Aku bersyukur masih bisa melindungi diriku, juga ibuku. Dan, terima kasih atas semua perhatian yang kamu berikan selama aku dirawat. Kamu selalu menemaniku bila malam tiba." Jawab Sandra dengan senyum manisnya.
Angger tidak tahu harus berkata apa. Tapi, pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah sang pasien.