"Mana boleh begitu!" seru Ravino dengan mata melotot.
"Tentu saja boleh, kenapa tidak?" balas Arabella tenang sambil meminum teh melati yang dibuatkan secara khusus oleh Felix.
"Nona Arabella..." Ravino memanggil dengan lirih.
"Saya tidak menerima bantahan, karena Anda memiliki keputusan tersendiri, saya juga begitu." Arabella menegaskan dengan senyum penuh kemenangan.
Ravino berdecak kesal dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia baru sadar bahwa berdebat dengan Arabella itu sia-sia. Arabella sama sekali tidak akan berdebat ataupun melawan seseorang jika tak yakin akan menang.
"Jadi... bagaimana?" tanya Arabella.
"Bagaimana apanya?" balas Ravino pelan.
"Ayo kita bersama-sama menemui Arthur Liam Fayenka dua minggu lagi. Kita akan bersama mendatangi Kuil Suci tempatnya menginap, Julian yang akan mengajukan permintaan bertemu. Kau, kan?" bujuk Arabella.
"Kalian bisa tenang. Saya yang akan mengurus izin bertemu dengan Arthur Liam Fayenka nanti," celetuk Felix.