Chereads / Flower Bloom / Chapter 25 - Mengejar cinta (2)

Chapter 25 - Mengejar cinta (2)

Kalau ada sebuah pertanyaan mengenai siapa sebenarnya suami pertama Liliana maka tidak ada seorangpun yang mengetahui jelas.

brak!

"Bagaimana mungkin semua tidak ada yang tahu? aku ingat peristiwa pernikahan mendadak yang dilakukan Liliana tersebar di koran lokal"

"Tuan Deng, pernikahan tersebut sangat tertutup. Kalau ada berita, hanya menyatakan menikah dengan siapa"

"Aku tidak percaya keluarga ini menghilang begitu saja"

Gerold menyudutkan beberapa helai kertas yang berantakan di atas meja kerjanya. Keputusan meninggalkan sementara Liliana di pantai membuatnya semakin tidak tenang.

"Cari lagi! aku harus menemukan informasi sekecil apapun itu"

Asisten sekaligus tangan kanannya segera keluar dari ruang kerja Gerold bertepatan Sosio masuk dengan langkah tegas dan marah.

"Ibu? mengapa kemari?"

Sosio duduk di sofa depan Gerold dengan tatapan tidak senang, "Kemana saja? istrimu semuanya mengeluhkan kamu tidak pernah mengunjungi mereka satu persatu. Apa kamu masih sibuk mencari orang lain sebagai pengganti atau bagaimana? kamu sebagai anak tertua harusnya mulai memikirkan masa depan tapi ini....?"

Gerold berhenti dari kegiatan mondar-mandir mendengar suara kekecewaan Sosio, menghampiri dan duduk di sampingnya.

"Ibu, aku ingin bercerai dengan mereka semua. Wanita ini adalah belahan jiwaku"

"Semua wanita, kamu katakan belahan jiwa dan sampai menikahi dua orang. Apa yang kamu pikirkan Gerold? kamu buat malu keluarga"

"Fezu wanita yang ibu pilih sementara Selbiva wanita yang aku pilih hanya untuk membuat ibu marah tapi wanita ini berbeda"

"Apa maksudmu? apa ibu mengenalnya?"

"Belum waktunya ibu mengetahui"

"Gerold, apa belum cukup kamu membuat kekacauan dalam keluarga kita ini? pikirkan Wuya putramu"

"Dia bukan anakku"

"Hah! kamu tahu?"

"Tentu saja, aku selalu berhati-hati lakukan itu terhadap pasangan walaupun itu istriku. Rumor aku yang tidak bisa berikan keturunan sungguh hebat"

"Jangan katakan kamu yang..."

"Aku yang menyebarkan. Mereka berdua tak pantas dan layak menjadi ibu bagi anakku"

"Lalu wanita ini pantas, begitu?"

"Tentu saja, wanita ini lebih dari sekedar pantas bahkan aku harus memanfaatkan semua kelemahan darinya agar aku bisa mendapatkan dia"

"Gerold, wanita ini..."

"Ibu, bantu anakmu ini, tolong buat semua wanita itu sibuk masing-masing, aku ingin mengejar wanitaku"

Sosio mengelengkan kepalanya, "Tidak! ibu tidak mau ikut campur masalah ini" katanya seraya bangkit dari duduknya. Gerold mengangkat kepalanya arah Sosio berdiri, perasaannya berubah rumit.

"Gerold, ibu sudah tua. Keputusan apapun yang kamu lakukan terhadap istrimu, ibu tidak ingin ikut campur kecuali perusahaan keluarga Deng mengalami masalah, barulah ibu ikut campur"

"Ibu..."

"Hanzu sudah besar, ibu akan minta dia menggantikan kamu sementara waktu jika kamu memang ingin berlibur"

"Maksud ibu?"

Gerold ikut berdiri, memandang wajah Sosio ibunya dengan tatapan penuh kesenangan. Sosio mengibaskan tangan arah rambut panjangnya yang sebagian memutih.

"Kamu liburan dulu untuk memikirkan semuanya, kalau kamu bekerja, ibu takut dapat mempengaruhi pekerjaan"

"Ibu..."

"Jangan berterima kasih pada ibu, sakit kepala ini sudah cukup karena kalian kakak beradik membuat masalah"

Tanpa mau mengatakan lebih lanjut, Sosio pergi dari ruang kerja Gerold. Hati Gerold bergerak bahagia, terharu dengan sikap ibunya yang seperti ini. Mana ada seorang ibu mau mengerti akan keputusan anehnya.

Tak mau membuang waktu lagi, Gerold menyambar jas di atas kursi kerjanya. Pikirannya hanya satu yaitu melihat Liliana.

🔥

Dasma meneguk air putih dengan kasar. Wajahnya buruk mendengar laporan anak buahnya yang direkrut sebagai penjaga bayangan mengawasi pergerakan Liliana.

"Apa!"

"Nyonya sudah berhubungan dengan tuan Gerold Deng sebanyak tiga kali"

"Dimana wanita itu?"

"Disini"

Berbalik, Dasma menemukan kertas yang disodorkan oleh anak buahnya. Walau sudah ada perjanjian antar dirinya dan Liliana, tetapi dia tetaplah sah suaminya.

"Mereka berdua bermain-main di rumahku dan sekarang ada disini?"

"Benar tuan"

Membaca sekilas laporan tersebut, wajahnya semakin buruk teringat Selbiva tertidur pulas di kamar samping. Sengaja menyewa dua kamar untuk melakukan aktivitas lainnya.

"Awasi terus, jangan sampai ketahuan"

Anak buahnya mengangguk kemudian pergi keluar, Dasma masam. Ia tidak menduga Liliana sanggup berselingkuh di belakang punggungnya, "Liliana..." geramnya marah.

Kecemburuan menguasainya, Dasma berjalan keluar mencari nomor kamar yang dibacanya tadi di laporan. Kamar 501 terletak di lantai lima, lift bergerak pelan menuju.

Sementara itu,

Selbiva mengucek matanya pelan, badannya sakit semua tapi puas disematkan pada bibirnya yang bengkak.

"Dasma...."

Tidak ada sautan pada panggilannya, Selbiva bergerak untuk mencari tahu di mana Dasma tetapi rasa sakit yang menyebar pada bagian sensitifnya membuat kesulitan.

"Dasma, apakah kamu ada dikamar mandi?"

Teriakannya lagi-lagi tak ada sautan, Selbiva terpaksa bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi.

"Dasma..."

Suaranya dibuat pelan dan manja tapi betapa kecewanya tidak ada Dasma di dalamnya. Namun, bau bekas Dasma mandi masih tercium di udara.

"Mandi dulu, mungkin Dasma sedang pergi cari makanan" ucapnya santai teringat di masa setelah bercinta, kebiasaan Dasma mencari makanan.

Selbiva memutar kran air, memastikan suhu ruang yang disukainya. Ia ingin berendam. Dirasakan cukup, Selbiva memasukan diri dalam bathtub. Matanya terpejam seketika merasakan kemewahan yang ditawarkan, seumur hidup tidak pernah di rasakan.

Kamar 501

Dasma berdiri depan pintu kamar selama sepuluh menit, ada keraguan dalam hatinya. Tangan hendak mengetuk tetapi pintu terbuka dari dalam.

"Dasma?"

Suara Liliana yang jernih mengalir hingga dasar hati membuat Dasma tersadar diri. Liliana kebingungan melihatnya.

"Boleh aku masuk?"

Liliana bergeser, Dasma masuk ke dalam kamarnya. Tidak ada hal yang berbau pria di dalam kamarnya namun, ia tetap tidak tenang.

"Ada apa Dasma? kamu ada disini, aku tidak tahu"

Liliana menjaga jarak dari Dasma setelah menutup pintunya, teringat kekejaman Dasma saat pintu tertutup.

"Aku hanya ingin klarifikasi sesuatu Liliana"

"Apa?"

Dasma membalikan badannya, mengerutkan atas matanya melihat jaraknya. Liliana bersikap waspada.

"Kamu berhubungan dengan Gerold Deng"

"Dari mana berita itu?"

"Kamu tidak perlu tahu, katakan saja benar atau tidak!"

"Tuan Deng beberapa kali datang ke rumah untuk membahas perkembangan pertunangan Marie dan Wuya"

Hati Dasma seperti ditusuk-tusuk oleh tusuk gigi, apakah dirinya dikatakan bodoh sehingga tidak tahu apapun?.

"Kamu pikir aku bodoh"

"Aku-- "

Jarak mempersempit, Liliana mundur hingga menabrak dinding di belakangnya. Nafas Dasma terpapar pada hidung Liliana.

"Dasma..."

"Aku sudah katakan, kita berpisah sementara waktu tapi bukan berarti kamu bisa tidur dengan orang lain"

"Aku-- tidak..."

Tangan Dasma bergerak cepat arah leher Liliana. Matanya tajam menatap. Suara Liliana terputus, rasa sakit ditekan menyebabkan kesusahan.

"Kamu berani bermain dibelakang, apa kamu pikir aku tidak tahu Liliana"

"Aku-- "

Tangan satu mencengkeram kuat leher, satu tangan lagi bergerak liar membuka pakaian yang dikenakan Liliana. Badannya sontak menggigil kedinginan, "Bicara!" teriaknya kencang membuat tuli.

Cengkeraman di leher sedikit di longgarkan, "Huk... huk... aku tidak ada hubungannya dengan tuan Deng, dia menginginkan aku. Kamu tahu aku-- lama tidak berhubungan dengan pria" kata Liliana membela dirinya.

"Wanita jalang! kamu menikah denganku karena mantan ibu mertuamu membuat perjanjian denganku tetapi aku bukan mantan suamimu yang mati itu"

"Kamu-- "

"Liliana, kamu tahu aturannya di dalam pintu tertutup bersamaku ditambah kesalahan ini, apa kamu tahu hukuman yang harus kamu terima?"

Liliana seketika panik, perasaan takut mulai mewarnai pada wajahnya. Dasma mengejek dengan melempar tubuh Liliana di atas tempat tidur.

"Jangan..."

"Kamu pantas mendapatkan"

"Tapi kamu berhubungan dengan Selbiva"

"Kamu tahu itu, cemburu?"

"Aku-- "

"Selbiva menginginkan seorang anak, tawaran bagus dengan bayaran mahal. Mengapa aku tidak mengambil kesempatan ini? bisnisku butuh suntikan dana tunai tidak sedikit"

Dasma maju, mengeluarkan alat suntik dari celananya. Sebenarnya alat suntik berisi obat ini akan dijual pada klien tetapi butuh percobaan maka tidak ada salahnya dilakukan. Liliana berusaha kabur tapi kakinya belum sampai di atas karpet, badannya sudah di timpa, obat cepat berpindah pada tubuhnya.

"Liliana..."

Pandangan mata Liliana kabur secara bertahap, Dasma berbaring di samping menunggu.

"Mantan suamimu termasuk orang tidak berguna. Hahaha, aku ingat bagaimana dia mati di tanganku sama seperti kamu awalnya"

Telinga Liliana masih mendengar baik, hanya badannya mulai melemas sehingga sulit untuk digerakan termasuk mulutnya.

"Apa kamu tahu kenapa dia bisa mati? dia mati karena malu akibat diperkosa hahahaha. Mana bisa perlihatkan wajahnya padamu"

Badan Dasma dimiringkan untuk melihat reaksi Liliana, "Apa kamu ingat aku? tidak! itu melukai harga diriku. Aku yang lebih dulu mencintaimu tapi mengapa kamu pilih dia? salahku karena aku miskin?"

Mata Liliana melebar mendengar itu, ingatannya berputar di masa perkenalan dengan Dasma dan mantan suaminya yang meninggal.

"Mantan ibu mertuamu datang padaku, mengemis untuk aku menikahi mu tapi apa yang kamu lakukan padaku? kamu tidak juga mencintaiku. Dia hanya parasit!"

Liliana semakin tidak mengerti atas perkataan Dasma yang asal. Dasma bangkit berdiri, melepaskan tali ikat pinggangnya, "Harta mantan suamimu adalah milikku ditukar dengan badanmu. Dia serakah, bisa-bisanya mempunyai anak denganmu. Perjanjiannya tidak seperti itu jadi jangan salahkan aku membalasnya" katanya berikan sedikit informasi.

"Apa maksudmu?"

Bersusah payah mengeluarkan suaranya menyebabkan Dasma tidak terganggu. Ternyata obatnya kurang banyak, iapun menyambar botol obat di saku celananya, menyuntik lagi dengan dosis yang lebih besar.

"Aku menjadikan suamimu budak sek di hotel ini hahahaha, dia bunuh diri setelah bisa menguasai diri tetapi terlambat ketika dokter sudah berikan vonis terkena Aids hahaha"

"Kamu-- "

Tanpa bisa berkata jauh, Dasma sudah berada dalam tubuh Liliana yang seperti jelly. Cengkeraman kuat pada seprai menjadi penanda betapa kuat tekanan yang diterima sehingga bisa mendengar detak jantung yang lambat. Air matanya mengalir, akhirnya tahu alasan kematian mantan suaminya, penyesalan dan permintaan maaf diucapkan dalam hati Liliana.

"Matilah Liliana, aku tidak suka wanita kotor"

Dasma terus menerus melakukan apa yang diinginkannya tanpa peduli ketika pupil mata Liliana perlahan-lahan meredup tanpa kehidupan lagi di dalamnya.

Badan dingin di lepas dari jeratan Dasma, ia bergerak membersihkan dan tanda keberadaan dirinya sebelum tinggalkan kamar 501.

klik!