Chereads / Flower Bloom / Chapter 26 - Akhiran yang sama

Chapter 26 - Akhiran yang sama

Fezu terduduk lemas di kursi tunggu depan ruang jenasah. Gerold mematung depan jenasah Liliana tanpa berkedip. Suara tangis Marie memecah kesunyian ruang jenazah.

"Fezu..."

Hanzu ingin sekali memeluk Fezu tetapi melihat situasi sekitarnya, ia hanya bisa mengelus bagian belakang punggungnya pelan.

"Apa kata dokter?" tanya Sosio pelan pada Hanzu, respon pertama kalinya ketika dikabarkan oleh orang kepercayaan Gerold, hampir mati ketakutan.

Terasa tidak nyaman di dada, "Jantung" kata Fezu sangat pelan hingga perlu dipastikan tidak salah mendengar.

"Kamu nyakin?"

"Apa maksud ibu...?"

"Liliana tidak suka aneh-aneh setahu ibu. Riwayat penyakit jantung juga tidak ada, bagaimana bisa?"

tap... tap... terdengar suara orang berlari kencang, mereka semua menoleh ke arah asal kecuali Gerold yang tetap ditempat.

"Liliana...."

Dasma masuk ruang jenasah, berteriak histeris seraya memeluk badan Liliana yang dingin.

"Liliana, bangun sayang. Aku datang..."

Selbiva berdiri depan pintu, hatinya seperti ditikam pisau tajam. Belum ada satu hari bermain cinta dengannya tetapi sudah bertindak bagai suami yang patuh, sungguh hebat.

"Liliana, mengapa kamu tega tinggalkan aku dan Marie? kamu sudah berjanji untuk hidup baik jika aku tidak ada bersamamu"

"Liliana..."

"Liliana, bangun...!"

Petugas ruang jenasah berusaha keras melepaskan jenasah Liliana dari tangan Dasma. Pegangannya terlalu kuat sehingga membutuhkan bujukan dari beberapa petugas di tempat itu.

Gerold bergeser keluar dari ruangan tersebut, ia tidak tahan melihatnya. Selbiva mengikuti hingga depan Sosio, Fezu dan Hanzu.

"Selbiva, kita cerai"

"Gerold, apa maksudmu? aku tidak mengerti dimana salahku. Aku datang kemari karena dengar kabar jika kamu yang menemukan jenasah nyonya Chinla"

Wajah pucat Selbiva membuat Hanzu kesal, "Kakakku sudah bilang cerai, tidak ada yang bertanya kamu kesini karena apa" ujarnya.

"Gerold..."

Gerold berputar melihat Selbiva, "Aku tahu kamu menjalin hubungan dengan tuan Dasma Chinla jadi aku menceraikan kamu. Hanzu, kamu urus semuanya".

"Baik kak" , Hanzu segera berdiri namun, wajahnya kebingungan melihat Fezu yang menunduk dengan setia menatap lantai.

"Kak Fezu, aku urus sebentar masalah kak Gerold. Ibu..."

"Aku tahu, pergilah Hanzu"

Selbiva mengepal tangan disisinya kemudian melihat pria yang selalu dicintainya ini. Gerold kaku menatapnya.

"Gerold, aku hanya bermain-main dengannya. Kamu jangan salah paham disini"

"Aku tidak salah paham. Fezu juga tahu itu"

"Kak Fezu?"

Orang yang ditanya terkait itu hanya diam saja, isi kepala Fezu sedang berfikir keras mengapa begini jadinya. Tidak mau menjawab, bukan itu yang terpenting.

"Selbiva, pergilah"

"Tidak! aku tidak akan bercerai dengan kak Gerold, ibu. Aku istrinya jadi aku akan mendampingi kak Gerold"

"Apa maksudmu itu?"

"Ibu, apakah ibu pernah berfikir mengapa kak Gerold menemukan jenasah nyonya Chinla, apa maksudnya itu? apa kalian berselingkuh? apa polisi sudah bertanya?"

Sosio tersentak mendengar pertanyaan tersebut, dari awal sampai akhir, tidak memikirkan sejauh itu. Kedatangannya murni karena mengetahui dari pihak kepolisian yang menghubungi apabila Gerold menemukan Liliana dalam kondisi tidak bernyawa di kamar 501 hotel pantai.

"Gerold, katakan pada ibu"

"Katakan apa? Liliana sudah tidak ada Bu. Wanitaku..."

"Wanita, apa? kak Gerold, katakan apa maksudmu itu? aku ingin tahu. Kalian tidak berselingkuh bukan? katakan!"

"Dia calon istriku"

"Dasar bajingan! kamu-- aaaaaaa"

Teriakan kencang Selbiva menyadarkan Fezu sampai mengangkat kepalanya kemudian bangkit berdiri, posisi tepat berada di samping Gerold. Mata Selbiva berkilat mendengar itu, Sosio menghembuskan nafasnya secara cepat.

"Apa maksudmu Gerold?"

"Aku mencintai Liliana"

"Sejak kapan?"

"Aku tidak tahu"

"Kapan kalian bertemu? apakah di rumah? katakan Gerold, kapan?"

"Aku tidak tahu"

"Karena itu, kamu tidak pernah pulang?"

"Ya"

Suara Gerold terdengar lemah tetapi seperti sambaran petir di telinga Fezu maupun lainnya. Selbiva mundur selangkah arah belakang, tidak dapat menerima perkataan Gerold.

"Kamu apa? kak Gerold, aku setia menunggu di rumah tapi kamu apa! kamu menuduh aku selingkuh tapi kamu---"

Teriakan tangisan pilu dari dalam ruang jenasah menambah ramai dengan suara teriak dari Selbiva.

"Liliana dan kamu-- "

Fezu nyaris terjatuh jika Sosio tidak sigap menangkapnya, namun tetap saja bergoyang. Gerold membantunya. Selbiva diam terpaku di tempatnya, seakan-akan dirinya tak ada disana. Perasaan yang sama terjadi setiap kali mereka berdua lakukan interaksi.

"Kami sudah lama bersama. Liliana menolak tapi aku yang memaksa, jangan salahkan dia"

"Kamu-- ingin aku memaafkan perselingkuhan ini? Liliana, aku-- tidak menduga sama sekali" kata Fezu kebingungan, situasi ini sama seperti di masa lalu.

Kematian Liliana menyingkap perselingkuhan banyak orang namun, perbedaan hanya pada cara mati dan posisi istri Gerold, saat itu dirinya merupakan pilihan terakhir dari Gerold.

"Fezu..."

"Seharusnya kamu katakan padaku, aku-- tidak mengerti kamu sanggup melakukan tindakan ini dibelakang"

"Fezu, maaf"

"Apakah Liliana setuju?"

"Tidak! dia menolak karena mu"

"Aku-- ?"

"Kamu teman baiknya, dia tidak mau melukai perasaan kamu. Aku yang memaksanya hingga pergi ke hotel pantai. Maaf Fezu, awalnya aku ingin bercerai darimu setelah menceraikan Selbiva. Aku-- berfikir meninggalkan Liliana untuk berfikir dengan tenang tapi..."

Langkah kaki di belakang mereka mengusik pembicaraan, berputar untuk melihat Dasma berdiri dengan wajah tak percaya. Langkah gontai Dasma membuat semua mulai memperhatikan, ucapan yang keluar terhenti.

"Tuan Gerold Deng. Anda yang menemukan Liliana meninggal di hotel pantai, apakah anda mengetahui sesuatu mengapa ada di sana?"

"...."

Untuk sesaat, Liliana merasa dejavu. Di masa lalu, sikap aneh Dasma yang menyalahkan Gerold seperti tahu apa sesungguhnya terjadi. Iapun melihat arah Gerold tanpa sadar, seperti ingin mengklarifikasi.

Dulu ibunya adalah Liliana, tetapi di masa sekarang Liliana adalah calon besan putranya Wuya.

Apakah posisinya di masa sekarang? mengapa berada di posisi yang sama di masa lalu?

Badan Fezu menggigil seketika, Fezu melihat akhiran yang sama di masa lalu yaitu sama-sama berakhir menjadi istri Gerold sampai mati. Hatinya bergetar, ia tak sanggup menerima pukulan sebesar ini.

Iapun menoleh mencari sosok pria yang selalu diinginkan, namun sosok tersebut bagai asap dapur yang menghilang dengan mudah.

"Tuan Deng..."

Dasma menunggu dengan sabar jawaban dari Gerold demikian semua orang yang ada disini. Dalam hati bersorak mengejek tetapi wajah sedih diperlihatkan pada banyak orang.

"Tidak ada hubungan"

"Kak Gerold! kamu-- bicara apa? tadi...." teriak Selbiva kencang membuat Gerold memandang dengan pandangan lekat memeringati.

"Fezu, ayo kita pulang. Aku lelah"

Sosio yang mengerti situasi, cepat menarik perlahan tangan Fezu dan Gerold untuk berjalan berdampingan pergi.

"Ibu..."

Selbiva menghentak kakinya ke lantai, kemarahannya tidak bisa dibendung tapi satu tangan melingkari pinggangnya.

"Lupakan dia. Kamu ada aku. Cerai saja, kita bisa bersama tanpa hambatan besar. Liliana sudah mati kecuali kamu menginginkan lain"

Kalimat pelan yang dibisikkan pada telinga Selbiva oleh Dasma membuat Selbiva terdiam kemudian melihatnya, "Aku hanya akting. Kamu adalah milikku" katanya.

"Bagus! anak baik"

Kata-kata Dasma seperti air sejuk dari pegunungan yang membuang kotoran dari dalam hati Selbiva.

Arwah Liliana merinding melihatnya, tidak menduga akhirannya seperti ini tapi melihat keadaan Fezu, ada penyesalan tersendiri dalam hatinya. Kalau ada waktu di lahir untuk kemudian hari, ia akan menebus kesalahannya pada Fezu.

🔥

Satu bulan kemudian,

Fezu didampingi Gerold duduk di kantor pengacara Liliana. Tak jauh dari mereka, Dasma dan Selbiva berpelukan tanpa tahu malu.

Perceraian Selbiva dengan Gerold berjalan mulus satu minggu setelah kematian Liliana yang diatur Hanzu. Pengacara memperhatikan kondisi masing-masing terkait surat hak waris.

"Berdasarkan surat yang ditinggalkan nyonya Liliana Cyena sebelum meninggal, saya selaku pengacaranya memberikan perhatian khusus disini"

Dasma tegang, seingat pikirannya terakhir kali semua harta telah menjadi miliknya tetapi mengapa ada surat hak waris? dimana letak salah disini?

"Harap diperhatikan. Aset bergerak dan tidak bergerak diwariskan pada Marie Claire Cyena atau Marie Chinla, sementara waktu akan diatur oleh Fezu Deng sampai umur Marie Claire Cyena atau Marie Chinla menikah dengan Wuya Deng"

prang.... benda jatuh dekat Dasma menarik perhatian semua orang termasuk Selbiva yang tidak mengerti.

"Pengacara, bukankah semua harta sudah diberikan pada aku suaminya pada saat pernikahan"

"Harta sebelum pernikahan memang milik nyonya Liliana yang diwariskan pada Marie Claire Cyena atau Marie Chinla tetapi harta setelah pernikahan diberikan pada anda suaminya"

"Ini tidak masuk di akal"

"Nyonya Liliana Cyena sebenarnya mempunyai dua aset terpisah atas dua nama sebelum pernikahan dan sesudahnya"

"Anda tidak berbohong atau memanipulasi"

"Tuan Dasma Chinla, anda menuduh saya tanpa data yang akurat bisa menyebabkan anda masuk penjara"

Selbiva panik, pernikahan dirinya dan Dasma sudah di ujung tanduk. Mana bisa masuk penjara, tidak boleh!

"Dasma, tenanglah. Kita tunggu sampai akhir pembacaan suratnya"

Wajah cantik Selbiva bercampur kecemasan membuat Dasma menarik ketegangan dengan menciumnya depan semua orang, sontak semua orang menghela nafas dengan sikapnya itu. Wajah cemas berubah malu-malu membuat muak.

"Saya lanjutkan?"

Pengacara menunggu semua orang menganguk dengan berat hati, Fezu termangu mendengar setiap kalimat pengacara yang sama seperti dulu.

"Apabila tidak ada pernikahan antara Marie Claire Cyena atau Marie Chinla dengan Wuya Deng sesuai kesepakatan sebelum nyonya Liliana Cyena meninggal maka semua harta peninggalan di serahkan pada pemerintah sebagai bentuk amal"

Kemarahan diujung lidah Dasma, sampai pada akhirnya Liliana tetap tidak memberi apapun padanya. Ternyata dirinya dibodohi.

"Kamu-- tidak boleh membunuh Marie atau Wuya" bisiknya pada Gerold, merasa aneh Gerold melihat arah Fezu yang pucat.

"Apa maksudmu? apa aku terlihat bodoh sehingga bisa menghilangkan anak Liliana, wanita yang aku cintai"

"Aku-- "

Fezu bungkam, di masa lalu ia melihat Gerold membunuh Marie dan Wuya di taman belakang rumah Liliana. Kepalanya berputar melihat Dasma yang marah tapi terpaksa menekan.

Kalimat dari pengacara perlahan memudar di telinga Fezu, matanya menangkap Hanzu depan pintu ruangan ini. Hanzu seorang pengacara publik di kantor ini. Sorot mata terlihat serius dan sedih, Fezu merasa semuanya berakhir.

"Ayo pulang..."

Fezu berdiri, Gerold di samping memegangi telapak tangannya dengan perasaan rumit. Ia merasa hidupnya hampa setelah kepergian Liliana.

Dasma memandangi kepergian keduanya dengan wajah tertekan begitu tahu sumber mata uang miliknya hilang begitu saja, Selbiva menepuk menenangkan.

Berakhir sudah.