Chereads / It's Called Love / Chapter 2 - Chapter 1 Tertipu

Chapter 2 - Chapter 1 Tertipu

1 tahun yang lalu sebelum penolakan.

"Pertemuan kali ini kita akan mendiskusikan desain dari game baru yang akan segera kita luncurkan. Terdapat sedikit perubahan yang harus kalian lakukan." Ucap Sean yang merupakan sekretaris Orion.

Sean menghidupkan layar besar yang ada di hadapan mereka dengan remote dan gambar pria berjaket muncul di layar. Wajah pria misterius itu tertutup tutup kepala jaket dan dibelakangnya terlihat sangat gelap dan menyeramkan. Tapi anehnya orang-orang yang berada didalam ruangan itu tampak sudah terbiasa dengan pria misterius itu. Mereka malah menyiapkan laptop mereka masing-masing untuk mencatat apa yang akan pria misterius itu sampaikan kepada mereka.

"Seperti yang telah sekretarisku sampaikan pada kalian. Kalian harus merubah beberapa hal dari game ini. Pertama, resolusi gambarnya kurang

tinggi. Kedua, desain karakter dan tempat arenanya kurang halus. Kalian harus segera memperbaikinya karena sangat menyakitkan mata. Apa yang akan kalian lakukan dengan kualitas game yang rendah seperti itu?! Hah!"

Sean menurunkan volume suara speakernya agar suara Orion yang telah dirubah tidak terlalu memekakkan telinga mereka semua. Sebenarnya kejadian seperti tidak sekali atau dua kali saja terjadi. Hampir disetiap rapat yang mereka lakukan, Orion pasti akan marah dan berteriak seperti ini. Hanya saja kuping mereka masih belum terbiasa dengan kemarahan Orion yang selalu meledak-ledak. Untung saja Orion tidak pernah menghadiri rapat secara langsung jadi keadaan mereka tidak terlalu menyiksa.

"Ketiga, level sulit yang kalian tawarkan itu terlalu mudah! Bahkan anak kecil saja bisa menyelesaikannya dengan mudah!"

"Maaf Mr. Bee. Kami sudah meningkatkan level kesulitan pada game dan kami sudah menguji coba tingkat kesulitannya dan sampai saat ini belum ada yang bisa melewatinya."

"Kau anggap aku ini apa? Hantu? Aku baru saja menyelesaikan game itu tadi malam dan hanya butuh 20 menit untuk menyelesaikan semua babak!"

"Tapi kami-"

"Apa kalian aku bayar untuk terus memberikan alasan padaku?" Tanya Orion dengan dingin.

"Maafkan kami Mr. Bee. Kami akan segera memperbaikinya."

"Keempat, perbaiki desian karakter penjahat didalam game itu. Kenapa dia terlihat jelek sekali? Apa kalian mau menurunkan nama besar perusahaan kita? Apa kalian mau kehilangan pekerjaan kalian karena ketenaran perusahaan kita menurun?"

"Tidak, pak!"

"Kalau begitu bekerjalah dengan lebih keras dan baik."

"Baik, pak!"

Rapat melelahkan dan berat itu akhirnya selesai setelah Sean mematikan layar besar itu. Semua orang menghembuskan nafas mereka dengan lega seolah-olah baru terlepas dari jeratan kuat yang menjerat tubuh mereka. Selama dua jam penuh mereka terus merasakan tekanan yang luar biasa dari atasan yang tidak pernah mereka lihat di kantor. Jangankan wajah atasannya, bahkan namanya saja mereka tidak tahu. Sosok Mr. Bee yang selalu mereka lihat di layar sangat tertutup dan rahasia.

Sangking terlalu misteriusnya, terus beredar rumor mengenai sosok atasan mereka alias Mr. Bee. Ada yang bilang kalau Mr. Bee itu sebenarnya tidak ada dan hanya robot ciptaan perusahaan mereka saja. Ada juga yang bilang kalau Mr. Bee sangat jelek dan menyeramkan oleh karena itu dia tidak pernah datang ke kantor. Ada juga yang bilang kalau Mr. Bee sebenarnya adalah mata-mata jadi identitasnya dirahasiakan. Dan yang lebih anehnya lagi ada yang bilang kalau Mr. Bee itu sebenarnya alien.

Sebenarnya masih banyak lagi gosip dan rumor aneh tentang Mr. Bee tapi kalau ditulis satu-satu disini, mungkin butuh 10 halaman untuk bisa menampung semuanya. Sean tertawa sambil menatap Orion yang sedang melihat layar ipad nya. Baru-baru ini telah beredar gosip baru yang menyebutkan kalau Mr. Bee sebenarnya adalah pria gendut, botak, mesum dan ompong. Orion meremas tangannya dengan sangat kuat karena amarahnya sudah berada di ujung kepalanya.

"Siapa yang membuat rumor bodoh seperti ini?" Tanya Orion dengan marah.

"Tidak tahu. Tiba-tiba saja para karyawan menggosipkan hal itu." Jawab Sean sambil menahan tawanya.

"Pria gendut, botak, mesum dan ompong? Hah! Sialan! Kalau mereka tahu kalau aku setampan ini! Apa mereka masih bisa berkata-kata lagi?!" Ucap Orion tidak percaya.

"Mesum?! Hah! Aku tidak percaya ini!"

Sean langsung tertawa lepas karena sudah tidak sanggup menahan rasa geli diperutnya. Rumor dan gosip yang beredar di kantor mereka sangat lucu sekali melebihi serial komedi yang pernah dia tonton. Sean tidak bisa menyalahkan para karyawan perusahaan mereka atas rumor dan gosip itu karena Orion sendiri yang membuat tanda tanya besar untuk semua orang. Dari awal Orion bekerja di perusahaan ini sampai sekarang, dia tidak pernah menunjukkan identitasnya pada semua orang. Hanya Sean yang tahu identitas Orion.

Lalu bagaimana dengan hubungan bisnis perusahaan dengan rekan perusahaan kalau Orion tidak mau bertemu dengan siapapun? Untuk urusan itu ditangani oleh paman Orion yang menjabat sebagai wakil direktur dan kakek Orion yang saat ini masih menjabat sebagai direktur sekaligus pendiri perusahaan ini. Untungnya kakek Orion tidak pernah mempermasalahkan keputusan Orion karena cucunya dapat mengerjakan pekerjaan perusahaan dengan sangat baik sekali.

"Ponsel anda berdering." Ucap Sean sambil menatap ponsel Orion yang bergetar dari tadi.

"Biarkan saja." Ucap Orion dengan kesal.

"Mungkin ada hal yang penting." Ucap Sean dengan tenang.

Orion menghela napasnya dengan lelah lalu mengambil ponselnya dengan malas. Dia tahu siapa yang menelponnya dan dia juga sudah tahu apa yang orang ini akan katakan padanya. Tapi jika dia tidak angkat panggilan ini segera maka akan ada teror panggilan dan pesan hari ini atau skenario terburuknya orang gila ini akan datang ke kantornya dan membuat onar.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Orion dengan dingin.

"Hey, bro. Apa kabar? Aku sangat merindukanmu. Bagaimana ka ar Sean? Kasihan sekali dia harus bekerja dengan atasan gila sepertimu. Kalau dia menyerah, tolong kirim dia ke perusahaanku saja."

Orion langsung mematikan sambungan telepon mereka secara sepihak. Dia tidak ada waktu untuk mendengar ocehan bodoh temannya itu. Suasana hatinya juga kurang bagus hari ini karena rumor gila tentang dirinya. Ditambah lagi dengan permintaan gila kakeknya yang tiba-tiba memintanya untuk segera menikah. Ada apa dengan hari ini? Tidak bisakah mereka membiarkna dirinya bekerja dengan pikiran yang tenang dan damai?

"Kau mematikan teleponku lagi!" Ucap pria itu dengan marah.

"Langsung saja pada intinya." Jawab Orion dengan cuek.

"Ck! Dasar tidak berperasaan!"

"Aku tutup." Ucap Orion tidak berminat.

"Eitts! Jangan ditutup! Baiklah aku minta maaf!"

"Katakan apa mau mu." Ucap Orion yang sebenarnya sama sekali tidak tertarik.

"Aku mau minta tolong padamu tapi lebih baik kita langsung bertemu saja."

"Aku sibuk." Jawab Orion dengan singkat.

"Nanti sore di cafe biasa tempat kita bertemu. Ini sangat penting, bro. Menyangkut keberlangsungan hidupku jadi aku mohon padamu untuk datang."

"Pastikan untuk datang ya!"

Telepon mereka terputus begitu saja sebelum Orion sempat menjawab. Dia  meletakkan ponselnya di atas meja lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Dia mulai mempertanyakan kenapa dia bisa berteman dengan orang gila selama ini. Orion menatap Sean dengan tatapan minta tolong tapi Sean langsung melarikan diri dengan alasan pekerjaan. Sial. Hari ini memang buruk. Tidak ada yang berjalan sesuai keinginannya.

Begitulah ceritanya bagaimana Orion bisa berada didalam cafe sekarang. Duduk sendirian sambil bermain game di tengah-tengah puluhan pasangan yang sedang di mabuk asmara. Sial. Kenapa juga Keanu mengganti tempat pertemuan mereka tiba-tiba seperti ini? Masalahnya adalah ini adalah cafe pasangan, sedangkan mereka berdua adalah laki-laki! Oruon menghela napasnya dengan kasar sambil menekan layar ponselnya dengan kasar.

"Awas saja kalau dia datang nanti akan aku siram dia dengan kopi panas ini." Ucap Orion dengan kesal.

Dia tetap bermain game yang sedang dikembangkan oleh perusahaannya di tengah-tengah sorotan pengunjung cafe yang terpesona dengan ketampanannya. Bukan hanya wanita tapi juga pria yang merasa iri karena terlahir tidak setampan dan sebagus Orion. Jangan salahkan dirinya yang terlahir sempurna. Dia hanya menerima semua yang diberikan kedua orang tuanya saat lahir jadi dia tidak bisa mengatakan apa-apa mengenai hal itu.

Saat sedang fokus pada permainan yang sedang dia mainkan, tiba-tiba saja seorang wanita duduk dihadapannya. Wanita itu tidak mengatakan apa-apa. Hanya duduk diam sambil menatap Orion yang sedang fokus bermain game.

"Sudah ada orang yang duduk disana. Kau bisa cari kursi lain." Ucap Orion tanpa mengalihkan tatapannya sedikitpun dari layar ponselnya.

"Sepertinya benar." Ucap wanita itu tiba-tiba.

"Kalau kau adalah orang yang brengsek."

Orion mengernyitkan dahinya dengan kesal. Dia langsung menatap wanita itu dengan tatapan marah tapi betapa terkejutnya dia saat melihat penampilan wanita itu. Apa-apaan dia? Memangnya sekarang tahun 90? Kenapa dia berpenampilan seperti itu? Sontak Orion langsung tertawa terbahak-bahak dan melupakan begitu saja kekesalannya tadi. Demi apapun wanita ini sangat lucu sekali! Lihat rambut ikal serta poninya itu. Apa dia habis ditinju orang? Kenapa warna kelopak matanya seperti itu? Astaga lihat bajunya.

"Kenapa kau tertawa?" Tanya wanita itu kesal.

"Kau tidak berkaca sebelum keluar rumah? Kau yakin sudah memilih gaya mu dengan baik?" Tanya Orion balik sambil tertawa.

"Apa yang salah dengan gaya berpakaianku?" Tanya wanita kembali.

"Tidak ada sih. Kau bebas melakukan apapun yang kau suka." Jawab Orion yang masih tertawa sambil memegang perutnya.

"Ternyata kau lebih jelek dari yang aku bayangkan." Ucap wanita itu tiba-tiba.

"Apa?" Tanya Orion yang langsung berhenti tertawa.

"Kau tidak setampan yang orang-orang katakan. Benar, mereka hanya melebih-lebihkan sesuatu yang seharusnya tidal dilebihkan." Jawab wanita itu dengan santai.

"Apa yang baru saja kau katakan?" Tanya Orion dengan kesal sambil menarik sebelah alisnya keatas.

"Hah, aku lapar." Ucap wanita itu sambil melihat ke sekitar untuk mencari waiter.

"Hey, wanita aneh. Kau tidak dalam posisi bisa memesan makanan dengan santai. Cepat katakan apa yang baru saja kau katakan." Ucap Orion sambil mengerutkan dahinya dengan serius.

"Kau tidak tampan." Ucap wanita itu dengan santai.

"Kau tidak bisa lihat ya? Mata mu bermasalah? Tunggu, sebenarnya kau ini siapa sih? Kenapa kau duduk dihadapanku tiba-tiba dan bersikap seenaknya seperti ini?!" Tanya Orion kesal.

"Kau mau pesan apa?" Tanya wanita itu balik.

"Kau- kau benar-benar ya!" Ucap Orion yang mulai panas akan amarah.

"Kalau begitu aku pesan menu yang sama dua. Iya, terima kasih." Ucap wanita itu pada waiter yang ada di sampingnya.

"Kau mau menjelaskannya atau aku telepon polisi." Ucap Orion dengan nada mengancam.

"Bisakah kita membahasnya nanti? Aku sangat lapar sekali jadi tidak punya energi untuk berbicara banyak." Ucap wanita itu dengan wajah memelas.

"Kau baru saja berbicara banyak!" Ucap Orion sambil melebarkan kedua matanya.

"Itu energi terakhirku." Ucap wanita itu tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Hah! Bisa gila aku lama-lama. Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini?" Ucap Orion dengan lelah dan frustasi.

Orion memperhatikan wanita itu sambil mengernyitkan dahinya. Dia tidak tahan lagi. Dia harus pergi dari sini. Tapi tunggu dulu, dia harus menelpon bajingan itu dulu sebelum pergi. Orion menelpon nomor Keanu dengan tidak sabaran berharap kalau pria itu bisa menjelaskan situasi gila yang sedang menimpanya saat ini. Tapi sialnya nomor pria itu malah tidak aktif!

"Keanu sialan!" Ucap Orion sambil menatap layar ponselnya.

"Huh? Kau memaki dirimu sendiri?" Ucap wanita itu sambil terkekeh.

"Siapa yang kau maksud?" Tanya Orion dengan kesal karena wanita itu malah tertawa.

"Kau baru saja memaki Keanu. Bukannya kau sendiri adalah Keanu? Bagaimana bisa ada orang yang memaki dirinya sendiri." Ucap wanita itu sambil tertawa.

"Aku bukan Keanu." Ucap Orion sambil mengernyitkan dahinya.

"Oh, kau bukan Keanu. Hah? Kau bukan Keanu? Jadi kau siapa?" Ucap wanita itu terkejut.

"Seharusnya aku yang tanya kau itu siapa?!" Ucap Orion marah.

"Kau benar-benar bukan Keanu? K-e-a-n-u. Keanu." Tanya wanita itu sekali lagi.

"Menurutmu apa aku terlihat seperti pria brengsek yang bernama Keanu? Aku bukan pria brengsek itu!" Ucap Orion dengan marah.

Wanita itu sontak langsung menutup mulutnya dengan tangannya.

"Astaga, aku dalam bahaya." Gumam wanita itu dengan panik.

"Mau kemana kau?!" Tanya Orion pada wanita itu.

"Bye!" Ucap wanita itu tergesa-gesa sambil berdiri.

"Hey! Tunggu dulu! Kau tidak bisa kabur begitu saja! Kita belum selesai-" Ucap Orion marah.

"Jangan kejar aku! Ini bayaran makanannya! Sisanya untukmu saja!" Ucap wanita itu sambil meletakkan sejumlah uang diatas meja.

"Bukan itu yang kumaksud! Hey!" Ucap Orion sambil mengejar wanita itu keluar cafe.

"Bye! Jangan sampai kita bertemu lagi!" Ucap wanita itu sambil melambaikan tangannya ke arah Orion setelah dia lari cukup jauh dari cafe.

"HEY! KAU! AH! SIALAN!" Teriak Orion.

___________

To be continued