"Mia, tidak usah. Sebaiknya kamu cepat makan, ajak juga Lena. Kalian berdua pasti sudah lapar."
Mia menggeleng tegas, tetap ingin membantu ayah membersihkan sisa-sisa keributan yang terjadi tadi. Ayah mengulas senyum dan tatapan mata yang penuh penyesalan yang bisa Mia rasakan. Ruang tengah terlihat rapih, tidak ada bekas pertempuran lagi. Mia beranjak ke kamar Lena yang berada di seberang kamarnya. Pintu kamar itu terbuka, memperlihatkan wajah tirus dan pucat Lena yang memandang sang kakak penuh kebencian. Pandangan mata kebencian yang sama seperti ibu tuju pada Mia. Lena menghiraukan Mia dan duduk di meja makan.
"Lena, ayo makan," ajak ayah.
"Ya, ayah."