Clarissa lari keluar dari kamar sambil menangis, tersedu-sedu tiada henti, sedangkan Selena. Wanita berusia sekitaran empat puluhan itu, menatap Ansel dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ansel, Bunda ingin menjelaskan semuanya. Bunda, Bunda minta maaf."
Meski wanita itu berusaha membuat Ansel mengerti. Tapi, hatinya kini resah dan bingung, tidak tahu mana yang harus di percayai. Selama ini, Ansel kecewa dengan Bunda tersayangnya yang selalu mementingkan pekerjaan di banding mereka yang hanya sekedar anak tiri. Tapi, fakta baru. Bundanya selama ini mencari putri kandungnya yang hilang. Kekecewaan itu kembali lagi, rasa sayang dan harapan yang sempat ada, memudar kembali.
Sama seperti Clarissa. Tangan lembut keibuan itu memegang tangannya, memohon. Dengan sangat pelan, Ansel melepaskannya dan pergi dari kamarnya. Meninggalkan Selena sendiri dalam tangisan.