"Kakak kasihan karena ia belum bisa mendapatkan haknya sebagai suami. Kamu pasti tidak tega melihat lelaki setampan itu menahan diri untuk tidak menyentuhmu. Iya, kan?" Jawab Hafifa sambil tersenyum.
Pipi Tiara langsung memerah. Ia teringat ekspresi Arya yang bingung saat malam pertama mereka.
Bukannya tidak siap, tapi ia ingin memastikan perasaan Arya terlebih dahulu begitu pun dengan perasaannya. Agar mereka sama-sama menikmati apa yang mereka lakukan. Untungnya dia kedatangan tamu bulanan sehingga ia memiliki waktu untuk bersiap secara mental dan lahir batinnya.
"Cie ... Cie ... Ada yang malu." Goda Hafifa.
"Apaan sih Kakak ..." Tiara menjadi semakin malu. Namun, ia merasa senang mendengar godaan Hafifa.
"Ini malam keduamu. Usahakan untuk jaga jarak!" Hafifa masih saja menggodanya sehingga Tiara semakin malu.
"Hafifa ... Jangan goda Adikmu lagi! Pipinya sudah seperti tomat ..." Kata Bu Jeny sembari tersenyum. Ia sangat bahagia melihat menantu dan anaknya bisa akur.