Malam setelah acara lamaran itu, Tiara menengadah tangan sehabis shalat maghrib, dia menangis tersedu mengadu pada Tuhannya.
"Ya Allah ... Yang Maha Besar! Rencana-Mu sungguh indah, aku memang tidak mengenal Arya tapi engkau tumbuhkan keyakinan di hatiku. Oleh karena itu, aku mohon lancarkan acara pernikahan ini karena kegagalan itu amatlah pahit! Ya Allah ... Terima kasih engkau sudah menjawab do'aku lebih indah dari yang aku bayangkan, dan terima kasih sudah mengaruniakan padaku calon Ibu Mertua yang mau menerimaku!" Ucap Tiara sambil terisak.
Sehari Kemudian.
Semua orang terlihat sibuk dengan undangan yang begitu cepat datang dari pihak Arya, Tiara juga tidak menyangka kalau Arya bekerja sangat cepat.
"Ra, ini undangan yang baru datang, apa kamu ingin menulisnya sendiri?" Tanya Heru.
Tiara menatap undangan yang begitu cantik di tangan Kakaknya dengan mata berkaca-kaca.
"Kakak saja yang tulis!" Kata Tiara setelah selesai menatapnya.