"Tidak banyak. Hanya sebentar saja. Jadi, Mbak santai saja!" Jawab Suster itu sembari mengambil peralatannya.
Tiara mengangguk sambil memaksakan senyumannya.
Rasty hanya bisa menarik napas dalam melihat senyum sahabatnya. Tapi, ia masih sangat penasaran dengan kejadian yang sebenarnya.
"Untung aku berkeras hati untuk membawamu ke sini. Jika tidak, mungkin tanganmu perlu diamputasi." Kata Rasty dengan ketus.
"Astaghfirullohalazim ... Kata-kata Kakak sungguh mengerikan!"
"Kamu pantas mendapatkannya. Pokoknya kamu utang cerita padaku!" Rasty kesal bercampur khawatir pada Tiara sehingga ia bawaannya ingin marah.
"Iya." Sahut Tiara sambil melebarkan senyumannya.
Rasty pun akhirnya tersenyum saat melihat senyum sahabatnya itu.
Di waktu yang sama, Arya sudah selesai bicara dengan Kepala Puskesmas. Ia lalu kembali ke ruangannya untuk membereskan barang-barangnya.