Vincenzo menarik nafas berat, semakin pening. "Tapi tetap saja, kau tak bisa...,"
"Oh Tuhan, ada apa? Obelia?! What happened to you? Kau terluka?" tanya Aranka yang bahkan sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah yang terlihat cemas. Terlebih ketika Obelia masih berada di dalam gendongan Vincenzo yang hanya terdiam, kebingungan harus menjawab apa, hendak menurunkan tubuh Obelia, namun terasa jelas jika gadis itu mengeratkan lingkaran kedua tangan di lehernya.
"Mom, aku terjatuh, dan kak Vincent menolongku," balas Obelia terluka, namun wajahnya nampak bahagia.
"Terjatuh? Bagaimana bisa?"
"Aku melupakan sepatu yang aku pakai, dan tersandung di akar pepohonan,"
"Oh Tuhan, dear. Berhati-hati lah, lihatlah. Kau berdarah, apa itu terasa sakit?" Aranka terlihat khawatir.
"Anda tak perlu khawatir nyonya, aku akan membantu mengobati luka Obelia di ruang perawatan," timpal Vincenzo yang entah mengapa tak menyukai jika wanita itu merasakan cemas dan khawatir.