Dex menarik nafas berat, bahkan ia sudah bisa menebak, bagaimana perasaan Elleanor padanya.
"Maaf untuk apa?" tanya Dex, yang seolah sudah siap untuk mendengar jawaban apa saja yang keluar dari mulut Elleanor. Bahkan sejak awal ia sudah menyiapkan dirinya, agar kekecewaan tak begitu menyakitinya.
Ia tahu, Elleanor tak pernah menyukainya, Elleanor nyaman ketika sedang bersamanya, namun itu tak berarti, Elleanor bahagia ketika berada di sampingnya. Bahkan ketika bersama Elleanor, Dex masih selalu melihat kesedihan, dan kesepian yang terpancar di mata Elleanor, dan entah apa yang ada di dalam pikiran gadis itu.
"Kau merasa jika jawaban yang kau berikan akan menyakitiku," balas Dex.
"Aku, memang tak ingin menyakitimu Dex, kau pria yang baik dan sempurnah,"
"Tapi tak cukup membuatmu bahagia,"
Elleanor terdiam, dengan gerakan kaki yang tak berhenti. Mereka masih berdansa ikuti irama, dengan waktu yang semakin berjalan cepat.
"Maafkan aku,"