SWITZERLAND.
Satu minggu berlalu, setelah kejadian malam itu, tepatnya di sebuah kamar hotel. Di mana Briene habiskan malam dengan tidur di dalam pelukan Vincenzo. Bahkan ketika membuka kedua mata di pagi hari pun, ia masih bisa melihat wajah itu. Yang tengah menatapnya dalam.
"Morning," sapa Briene di pagi itu.
"Morning,"
"Kau sudah bangun?"
"Aku tak tidur,"
"Semalaman?" tanya Briene mengernyit, dengan jemari lentik telusuri rahang tegas Vincenzo yang langsung memegangi pergelangan lengannya. Seolah tak ingin Briene terus menyentuhnya.
Sungguh egois, itulah Vincenzo yang hanya akan menyentuh Briene, namun tak sukai gadis itu menyentuhnya. Sebab ia benar-benar tak menyukainya.
"Yah,"
"Apa aku boleh tahu, apa yang membuatmu tak tidur?"
Vincenzo terdiam, masih mencengkram lengan Briene.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Briene sekali lagi.
"Dirimu," balas Vincenzo yang membuat kedua belah pipi Briene bersemu merah.
"Kau, memikirkanku?"