"Morning, Sayang." Diikuti dengan kecupan di pipi.
"Hari apa ini, Mas?"
"Selasa." Reygan mengecup lagi pipi Aneska. "Kamu ada liputan di mana?"
Masih dengan mata terpejam, Aneska bergerak maju, melingkarkan tangannya di pinggang Reygan. Nyaman dan ingin tidur lagi. Tapi terasa sentilan pelan di dahi Aneska. Dia membuka mata, pura-pura kesal.
"Kamu kok udah rapi?" Jam berapa sih ini. Perasaan masih pagi. Reygan sudah ganteng begini. Wangi pula. Sementara Aneska masih bau bantal.
"Mau presentasi."
"Udah rapi aja. Nggak bisa ndusel-ndusel jadinya," keluh Aneska.
Reygan tertawa. Lalu mengulangi pertanyaan. "Kamu liputan ke mana?"
"Kayaknya nggak ada."
"Mau ke kantor jam berapa?"
"Nggak mau." Tangan Aneska terangkat, bergerak untuk merapikan anak rambut Reygan. "Maunya pengin nempelin kamu seharian ini."
"Boleh. Aku presentasi dekat kantor kamu."
"Goodluck, then."
"Kamu ada kepikiran soal resign, Nes?"
Tangan Aneska berhenti. Kenapa tiba-tiba tanya soal resign?
"Kenapa?"
