Aneska menelan ludah.
"Aduh, harusnya aku bilang langsung. Nggak lewat telepon begini. Jadi nggak so sweet kan. Padahal aku mau lihat secara langsung wajah kaget kamu."
"Mas ... yakin sabtu ini?"
"Tuh kan kamu pasti kaget. Aku tunggu di lobi ya."
"Hah?"
"Aku udah di apartemen kamu sebenarnya. Mau ngasih kebaya sama batik. Tadi Mama yang pilih."
Aneska semakin linglung. Tunggu. Kenapa Sabtu? Kenapa secepat ini? Dan kenapa dia baru diberitahu sekarang?
"Mas...."
"Kamu samapi mana? Aku udah risi dilirik terus sama mbak-mbak resepsionis ini."
Mau tak mau, meski masih kaget, Aneska tertawa juga.
"Jangan ketawa, aku makin kangen."
"Apa sih. Udah ya, Mas. Lima belas menit lagi aku sampai apartemen." Aneska menyudahi sambungan itu.
"Rey, boleh mampir bentar ke minimarket lampu merah depan?"
Reygan mengangguk. Dia segera menyalakan lampu sein ketika minimarket yang dimaksud Aneska sudah terlihat.