"Aneh ya? Bisa-bisanya aku dan Bisma datang di tempat ini lalu gadis yang akan kami temui menghilang." Anak lelaki itu menoleh pada Stella. "Mengaku sajalah!"
Stella yang tadinya tersenyum getir dan gugup kini mendadak diam. Wajah dan kulitnya pucat. Matanya membeliak. 'Jujur sajalah? Apa yang mau dikatakan oleh Bastian? Apakah dia akhirnya tau kalau aku adalah Caca? Tapi kalau memang begitu kenapa dia masih terlihat sangat baik padaku?'
Bahkan keringat gadis itu mulai bercucuran. Jika saja keringat itu lebih banyak muncul di dahi dan wajahnya maka bisa saja nanti Stella seperti baru selesai cuci muka.
Dan kemudian Bastian berkata lagi. "Stell?"
"Ap-apa?"
"Kok kamu diam saja?"
"Heh? Me-memangnya mau jawab apa?"
Bastian menyipitkan mata, kemudian tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha! Kenapa kamu jadi ketakutan begitu sih, Stell? Aku kan cuma bercanda! Mana mungkin kamu dan Caca bisa kenal? Aduh! Stella! Stella!"