Bab 394
Pov Irene.
"Huh selamat," gumamku pelan.
Aku heran dengan Ibu-ibu sekarang. Doyan banget main keroyokan nge-bully aku. Aku kan gak salah.
Aku bukan pelakor, aku kan sudah menikah dengan Mas Fatan. Sedangkan pelakor itu hanya pacaran aja sama laki orang.
Dasar Ibu-ibu rese, gagal deh niatku buat perawatan.
Itu juga para lelaki di teras dan parkiran salon, kenapa mereka tertawa melihatku. Untung aku cepat menyetop angkot ini tadi.
Eh ini kenapa para penumpang juga pada senyum-senyum melihatku. Pak supir juga berulangkali menoleh kebelakang melihatku.
Pada kenapa sih?
"Eh kamu ngapain senyum-senyum terus melihatku. Naksir ya melihat kecantikanku?" semprotku pada pemuda yang duduk didepanku.
"Naksir? Buahahaha!" tawanya malah meledak seketika.
Yang lain juga kompak tertawa terbahak-bahak.
"Mbak mau ngelenong dimana?" tanya seorang Bapak berkopiah.
"Ngelenong?" tanyaku tak mengerti.