Bab 383
Wajahnya merah padam menahan marah.
"Iya Ren, aku hanya menjalankan usaha yang diberikan Papanya pada Dhifa," jawabku.
"Terus aku gimana Mas, huhuuuu!" tangis Irene semakin menjadi.
Kupeluk dia, dia semakin histeris.
"Sudah Ren, malu dilihat orang. Kamu tenang aja. Mas pasti akan tanggung jawab sama kamu kok. Lagipula kamu sudah punya rumah kan, mobil juga masih dipesan. Paling minggu depan sudah datang."
Irene terdiam lalu tersenyum manis padaku.
Ojol yang kupesan sudah datang, Irene pulang dengan senyuman manisnya. Aku masuk kembali kekantor.
Awas kamu Fa, kamu berhadapan dengan orang yang tidak lemah.
***
"Duduk Tan!"
Om Faisal menunjuk kursi diseberang Dhifa.
"Ini berkas rumah kamu!"
Kuterima berkas yang disodorkan Om Faisal dengan tersenyum. Tergesa kubuka dan senyumku menghilang begitu membaca isinya.
"Ini apa Om? Kenapa surat tanah dan rumah atas nama Dhifa dan anak-anak?" tanyaku heran.