Bab 240
Naira yang permisi kembali sebentar ke bengkel kerjaku, baru kembali setelah selesai azan Magrib si televisi.
Dia langsung menemui mas Fadli dan menceritakan apa yang dilihatnya siang tadi. Mas Fadli marah lalu memanggil Anita saat itu juga. Aku hanya bisa menyaksikan semua itu tanpa bisa ikut berbicara.
"Apa benar yang dikatakan Naira tadi, Anita?" Mas Fadli bertanya pada Anita.
"Iya, Mas. Aku minta maaf. Sebenarnya aku bukan gak mau mengurus mbak Desi. Hanya aku masih sibuk mengurus Fahira. Aku cuma wanita yang tenaganya terbatas, Mas!" jawabnya dengan drama menitikkan air mata.
Naira mendengkus karena kesal, aku ingin berteriak memberitahukan niat Anita sebenarnya. Namun, aku tahu kalau yang terdengar nanti hanya lenguhan yang tak mereka mengerti.
Aku begitu putus asa dengan keadaanku ini. Beruntung Mas Fadli dengan bijak bertanya pada Naira.
"Naira, bagaimana jika kamu membantu menjaga Desi?"