Bab 223
Aku menganggukkan kepalaku.
"Aku boleh tanya Mas?"
"Tanya apa?"
"Apakah aku ada berbuat salah?"
"Maksudnya?"
"Mengapa sikap mas Fadli berubah setelah aku membaca suratnya Mitha? Mas Fadli jadi cuek dan berusaha menghindar dariku. Kalau aku ada salah aku minta maaf ya Mas."
"Kamu gak salah Des, aku menghindar karena aku malu."
"Malu? Kenapa , sama siapa, aku?" tanyaku bingung.
"Pada diriku sendiri, aku merasa menjadi pria yang sangat bodoh dan lemah baik dulu maupun sekarang."
Aku memandangnya, aku tak mengerti maksudnya. Dia juga balas memandangku sambil tersenyum. Ah akhirnya senyum itu dapat kunikmati lagi. Manis sekali hehe.
"Aku terlalu bodoh dan naif sebagai laki-laki. Suka pada seorang gadis tapi tak mau berusaha mendapatkannya. Hanya karena Mitha mengatakan salamku tak direspon, aku sudah menyerah. Bukankah itu karena aku lemah."
Aku menggelengkan kepala, dia menatapku heran.