Bab 213
Entahlah, kok aku tak merasa bahagia mendengarnya ya. Sepanjang perjalanan pulang aku lebih banyak termenung. Sampai di rumah kami disambut dengan wajah cemberutnya Nayra di teras rumah.
"Kok lama amat sih Mas? Emang Mbak Desi sakit apaan, parah ya?"
"Desi hamil," jawab mas Rasyid singkat.
"Apa! Gak, gak mungkin. Kok bisa sih Mas?"
"Kenapa gak, kan dia masih punya suami. Aku, orang hamil kok heran."
Aku malas mendengar perbincangan mereka, aku meninggalkan mereka lalu masuk ke kamar. Aku butuh istirahat, tubuhku lemas tak bertenaga rasanya. Namun sayup-sayup masih kudengar suara Nayra di luar.
"Ya heran lah Mas, bukannya dia mandul. Kok bisa hamil?"
"Desi gak mandul, itu cuma anggapan orang aja karena dia gak hamil-hamil"
