Bab 141
Satu bulan setelah meninggalnya Hasna, suasana di puskesmas di mana Fadli bekerja sudah mulai sepi. Hanya tinggal dua orang pasien yang ingin berobat di klinik gigi saja yang masih mengantri.
Fadli menutup buku daftar pasiennya, kemudian mengambil ponsel yang sejak tadi terus berbunyi tapi tak diangkatnya karena sedang sibuk melayani pasien yang datang berobat.
"Mama," ucap Fadli bermonolog.
Segera dihubunginya nomor sang mama yang sudah lama tidak bertemu.
[Assalamualaikum, Sayang. Kamu apa kabar? Kenapa telepon mama tadi gak diangkat?] Resti, mamanya Fadli langsung memberondongnya dengan banyak pertanyaan seperti biasa.
[Waalaikumsalam, Ma. Aku baik-baik saja. Tadi Fadli sedang periksa pasien, Ma,] jawab Fadli dengan sabar.
[Oh, begitu. Maafkan, Mama, ya. Kamu jadi gak konsentrasi periksa pasien jadinya,] balas Resti.