Bab 100
Wanita yang aku tak tahu namanya itu, meringis kecil. Menatapku garang, tapi langsung menciut ketika aku balas dengan melototkan mata padanya.
Sambil mendengkus kesal, dia meninggalkan kantor.
"Wah, hebat kamu, Intan." Kami sudah kesal menghadapi wanita itu, beberapa hari ini dia sering datang dan memaksa untuk bertemu dengan Pak Rangga," ucap Rais memujiku.
"Kalian tahu siapa dia?" tanyaku.
"Katanya sih, mantan pacar pak Rangga," jawab Rais.
Aku paham sekarang, rupanya ada yang sedang dikejar-kejar mantan kesayangannya dulu.
"Sudah lah, kalau begitu. Kalian kembali bekerja lagi saja!" suruhku.
Karyawan yang tadinya bergerombol pun akhirnya membubarkan diri. Aku juga kembali ke ruanganku, eh, ruangan Pak Rangga.
Dia masih pada posisinya tadi. Aku melirik sebal padanya, dasar pria sok keren. Giliran didatangi mantan aja ciut, pura-pura gak tahu.