Dari desakan Baron, hatiku hanya terkatup diam. Tak berani membantah atas perintah bos besar kepemilikan stasiun televisi.
Mobil kemudian tiba di suatu bandara, membuatku keheranan sendiri.
"Lo mau bawa gue ke mana?" tanyaku yang tentu tidak akan mendapat jawaban dari Baron.
Aku akhirnya hanya mengikuti Baron dari belakang. Aku tidak menaruh rasa curiga sama sekali pada Baron, karena dirinya adalah bos dari agensi yang menaungi tempat kerjaku.
Hingga ketika tiba-tiba langkah kaki Baron yang besar berhenti, membuatku tidak sengaja menubruk punggung lebarnya.
Aku meringis, kuusap dahiku pelan karena sedikit sakit. Punggung Baron tampak tidak bergerak dan masih mematung di tempat, membuatku penasaran siapa yang tengah berpapasan dengannya.
Kedua mataku membulat sempurna ketika melihat sosok wanita yang tengah berdiri menatap Baron dan juga diriku di belakang Baron.
"Bela?" tanyaku tidak percaya melihat sosok Bela di depanku dengan tersenyum sinis.