Nada Sesil berubah datar, segaris keningnya tidak menunjukkan bahwa dia sedang bermain-main. Satu kata dengan sebuah nama yang tidak terdengar asing bagiku. Namun, ini sangat mengejutkan telingaku.
Rasa tidak percayanya aku mendengar satu kata yang keluar dari mulut Sesil. Apa? Fito? Apa tidak salah aku mendengarnya?
Ini lelucon yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Seorang banci menyukai temannya sendiri—sahabat yang sudah berjalan bertahun-tahun.
Ikatan sebuah pertemanan ini berakhir dengan sebuah rasa suka. Bagaimana? Tapi, setiap manusia memang memiliki perasaan suka.
"A-apa? Gue nggak salah denger kan," keluhku dengan membengkokkan bibir melentur ke bawah.
Garis bibir seakan melengkung pendek, turun dari atas hingga ke bawah. Sungguh. Aku dikejutkan dengan ucapan yang tegas.
"Ocha, apa wajah gue nunjukin orang yang lagi bohong nih?" Sesil merundukkan sejumlah tatapan matanya, turun, membungkukkan kepalanya.