Sontak, kepalaku berputar ringan ke arah dua pengawal tersebut. Keduanya menatap tegas ke dua sahabatku, sama sekali tidak menunjukkan sisi keramahan kepada mereka.
"Kenapa? Kok belum lima menit tapi lu pada udah ke sini duluan," keluhku mengernyitkan dahi.
Mereka membungkukkan kepala kepadaku, sambil mengapit dua tangan merapat. "Maafkan kami, Nona. Kami hanya menyampaikan dan menjalani tugas sesuai perintah."
Aku menebak-nebak, mereka pasti sudah sangat setia dengan tuan mereka. Rupanya, mereka bukan setia pada perintahku, melainkan kepada bos mereka.
"Wah, lu bedua bikin gue merinding tau!" Aku menyahut tanpa ragu.
"Iya nih, apa bedanya kita ma orang lain. Kita udah temenan dari satu abad yang lalu, kali!" Fito menyinyir, tidak terima karena dicegah oleh dua pengawal.
"Lagian suka gitu kalo udah terkenal. Kita paham kok, Cha. Tapi, kayaknya, kita emang bakalan jarang ketemu nih." Sesil memegangi tanganku dengan erat.