Mekap yang sudah dibuat berkilau, akhirnya langkah ini berjalan sesuai dengan keinginan. Berkat kemampuan dulu, aku bisa merakit kembali mimpi agar menjadi nyata. Impian itu masih remang-remang, jadi harus dibuat semakin nyata.
Beberapa kamera terpasang untuk menyiapkan segalanya. Aku dan satu buah lipstik bermerek sudah dalam genggaman. Mereka serius memperhatikan setiap gerakan tangan, lekukan tubuh, bibir, semua harus seimbang sesuai kriteria.
"Tu, wa, ga. Action!" jerit pria yang berada tepat di depanku, jaraknya sekitar tiga meter.
Mic yang melambung tinggi mulai bermain di atasnya, aku pun siap memperagakan sesuai keinginann dan panduan mereka. Tanganku mulai mengacungkan lipstik, lalu bibirku mulai bersiap untuk berkata-kata.
"Tunjukkan keajaibanmu!"