********
"Apa maksudmu, Tika?"
Ryan mendengar suara itu sedikit turun. Ada rasa marah, jijik, dan kepahitan bercampur di dalamnya.
"Mudah. Ryan seharusnya tidak mengatakan kepada mereka sekarang, 'Kalau begitu kami percaya kemampuanmu.'"
Ekspresi Tika mengeras. Melihat ekspresi kemarahan Tika yang jujur untuk pertama kalinya, riak mengalir di hati Ryan. Itu adalah kemarahan. Dia benar-benar marah sekarang.
Tika, yang tidak harus pulang berkat idenya, marah karena dia tidak terlalu ingin mendengar pendapat orang lain, dan tidak dapat mendengarkan pendapat Ryan.
"Aku bisa memprediksi apa yang akan mereka katakan, Ryan. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku bisa."