Rania langsung mematung kala Kriss memanggil laki-laki di hadapannya sebagai Alva. Wanita itu sudah menunduk menyembunyikan wajahnya. Kalau saja pintu Doraemon disewakan, mungkin saat ini Rania adalah orang pertama yang akan menyewanya.
"Loh, Rania. Kamu juga masih di sini? Kalian sudah kenalan rupanya?" tanya Kriss yang memang tidak mengetahui ketegangan yang tercipta antara kedua orang itu.
"Mamang dia siapa hingga aku harus berkenalan dengannya?" ketus Alva dengan mata yang memicing.
"Tuan, dia inikan …."
"Hehe …. Maaf, Tuan. Saya permisi, ada banyak yang harus saya persiapkan untuk besok," ucap Rania lalu segera mengambil jurus seribu langkah untuk menyelamatkan dirinya.
"Heh, wanita aneh! Kau tidak boleh kabur!" teriak Alva tidak terima.
"Wanita aneh? Anda menjulukinya wanita aneh?" tanya Kriss dengan kening yang mengernyit.
"Iya, memang kenapa? Kau mengenal wanita itu Paman Kriss?" tanya Alva penuh selidik.
"Emmm … itu … anu …."
"Heh, jangan kau bilang jika dia adalah selingkuhan mu, Paman! Aku akan memisahkan kepalamu itu dari badan kalau berani menyakiti Bibi Lea!" ancam Alva dengan tatapan yang begitu tajam.
"Bu-bukan, Tuan Muda. Dia itu sekretaris baru Anda," jawab Kriss takut-takut.
"Sekertaris? Kau kembali memilihkan aku sekertaris kurang bahan, Kriss?" Kaget Alva dengan mata yang membola sempurna.
"I-iya, Tuan. Apa ada masalah?" tanya Kriss bingung.
"Astaga! Dimana otakmu itu Paman Kriss? Kenapa kau memilihkan aku sekretaris sejenis itu, hah? Apa kau berencana membuat aku mati muda?" kesal Alva yang langsung mengusap wajahnya kasar.
"Tapi, dia satu-satunya kandidat yang pas untuk Anda, Tuan. Anda harus melihat dulu …."
"Teserah! Aku sama sekali tidak peduli. Tapi kalau wanita aneh itu membuat kesalahan ketika bekerja nanti, aku pastikan akan menghukum Paman juga!" tegas Alva lalu meninggalkan Kriss sambil menggerutu tidak jelas.
"Ya ampun, semoga Rania tidak membuat kesalahan. Bisa-bisa aku dipecat bukan hanya dari perusahaan saja tapi sebagai pamannya juga," gumam Kriss bergidik ngeri membayangkan semua kemungkinan yang bisa saja dilakukan Alva padanya.
****
Sedangkan Rania yang kini sudah di salam taksi, langsung menghela napas lega. Hari ini dia bisa selamat dari Alva tapi entah bagiamana dengan besok.
"Astaga, bagaimana aku bisa tidak mengenali wajah Tuan Alva? Bisa-bisa aku akan dipecat sebelum bekerja kalau begini jadinya," gumam Rania penuh ketakutan.
Wajah wanita itu terlihat begitu resah. Tentu dia sangat khawatir untuk menghadapi hari esok.
Ini pertama kalinya Rania ceroboh hingga tidak mengenali Bos-nya sendiri. Benar-benar kecerobohan yang hakiki.
Untuk menghilangkan ketakutan dan segala stress yang dirasakannya akibat sudah kurang ajar pada sang calon Bos, Rania memilih untuk tidak langsung pulang dan nongkrong-nongkrong cantik di kafe langganannya. Dia sana, wanita itu langsung memesan ekstrim dengan porsi besar sebegai pereda stres nya.
"Yaelah ini anak! Kata nya kamu diterima kerja, tapi kenapa sekarang udah pesan eskrim segaban?" celetuk seorang wanita cantik yang sepertinya seumuran dengan Rania.
"Astaga, Cal! Lo bisa enggak sih jangan muncul kayak setan? Kaget gue!" kesal Rania dengan mata yang mendelik pada sahabatnya.
"Lagian elo ngapain duduk termenung sambil makan eskrim? Lo enggak sedang galau karena Bos elo itu tampan nya enggak ketulungan, kan?" selidik wanita itu membuat Rania semakin geram saja.
"Astaga, Calista! Di otak lo itu pikirannya cuman cowok tampan aja, ya! Boro-boro gue merhatiin ketampanan Bos gue. Yang ada, gua malah debat sama dia di hari pertama gue ketemu," ucap Rania lesu.
"Maksud, Lo?" tanya Calista bingung.
"Jadi tadi itu …."
Rania langsung mengatakan apa yang terjadi antara dirinya dan juga Alva. Perdebatan apa yang tadi mereka lakukan hingga kengototan Rania yang tidak ingin disalahkan.
"Gila! Elo benar-benar gila! Bisa-bisanya Lo teledor sampai enggak ngenalin Bos sendiri! Untung Lo enggak langsung ditendang sama Tuan Alva! Elo enggak tahu apa pura-pura enggak tahu gimana kejamnya Tuan Alva sama orang yang ngelakuin kesalahan? Itu udah terkenal seantero jagat pernovelan, Rania! Gumuss gue!" kesal Calista mengetahui kelakuan sahabatnya yang gesrek dan tidak ingin mengalah itu.
"Ya mana gue ingat, Cal. Gue kan udah keduluan kesel sama tuh orang. Gue kira yang gue tabrak itu patung lilin. Eh, taunya manusia!" keluh Rania dengan wajah lesunya.
"Gue angkat tangan deh sama elo. Mudah-mudahan besok Lo masih pulang dalam keadaan sehat wal'apiat. Enggak kurang suatu apa pun. Badan Lo masih lengkap. Rambut Lo masih …."
"Astaga, Cal! Jangan do'ain yang aneh-aneh bisa enggak sih? Lo jahat banget jadi temen," kesal Rania pada kelakuan sahabatnya.
"Iya deh, maaf. Do'anya gue ganti. Semoga Bos elo itu kesengsem setengah mati sama elo, Ran. Semoga Tuan Alva yang terkenal impoten itu bisa sembuh terus doyan goa milik elo. Semoga elo diangkat menjadi Nyonya Alvaro, ya."
"Sialan, Lo! Do'anya makin ngaco aja! Lo mah buat gue jadi pengangguran lagi?" delik Rania semakin kesal saja.
"Astaga, Ran. Temen doa baik-baik itu diaminin bukannya malah ngambek. Lagian siapa tahu elo bisa jadi Nyonya Alvaro beneran. Enggak ada yang tahu nasib, say. Kali aja nasib elo emang mujur. Lagian Lo coba buka hati buat Nerima para Bos itu. Kan hidup Lo bakalan enak kalau jadi istri mereka," ujar Calista geleng-geleng kepala melihat kelakuan Rania yang benar-benar selalu menolak rejeki untuk menjadi Nyonya para pengusaha.
"Ogah, gue! Mungkin benar dalam finansial mereka mumpuni, tapi tidak dengan Akhlakul Karimah," celetuk Rania dengan gaya lebay nya.
"Astaga, Ran! Buka mata hati Lo itu. Enggak semua Bos itu brengsek, Ran. Ada dari …."
"Buktinya bokap gue juga gitu. Setelah ketemu dengan yang lebih kinclong, gue sama nyokap dilupain. Gue enggak mau kalau harus ada dalam posisi itu. Bagi gue, kebahagiaan itu bukan hanya soal harta, Cal! Kalau soal harta aja yang gue cari, seumur hidup gue milih buat enggak nikah aja. Gue juga mampu membuat rekening gue gendut dengan hasil jeri payah gue sendiri. Gue ingin disayangi, dicintai dengan cinta yang tidak akan pernah berkurang sampai kakek nenek. Gue mau, pernikahan yang akan terjadi satu kali seumur hidup gue. Gue enggak berminat gunta-ganti terong. Apalagi, kalau terongnya suka celap-celup sana-sini," ucap Rania dengan helaan napas berat pertanda dia memang memiliki beban besar dalam hal pernikahan.
Calista yang tahu benar bagaimana keluarga Rania, langsung mengelus lengan sahabatnya itu. Kehancuran keluarganya merupakan trauma terbesar bagi Rania, hingga wanita itu benar-benar anti dengan yang namanya laki-laki berjabatan tinggi.
"Gue enggak bisa ngomong apa-apa lagi, Ran. Gue hanya berharap elo bakal ketemu jodoh yang bucin akut sama elo, hingga dia enggak bisa melihat wanita lain lagi. Gue …."
"Udah ah, do'a Lo aneh-aneh!" ketus Rania memotong perkataan sahabatnya.
Calista langsung tergelak melihat kekesalan sahabatnya. Tapi demi apa pun, doa yang dia lapalkan untuk sahabatnya itu, benar-benar tulus dari hatinya yang terdalam.