Tangan yang cedera menyusahkan Honey, sejak dia hendak tidur sampai terbangun. Selain mengganggu karena rasa sakitnya, cedera juga membuatnya sedih karena tak bisa mengikuti pertandingan. Namun karena kejadian kecil saja Honey tiba-tiba melupakan sejenak rasa sakit dan kecewanya. Tatapan serta senyuman Jeffery membuatnya senang
"Kenapa aku merasa sangat bersemangat karena senyuman tadi?" sambil berjalan perlahan menaiki tangga Honey memegangi dadanya yang berdebar-debar. Dalam pikirannya saat ini jantungnya mungkin sedang mengalami gempa dasyat. Hatinya saat ini terasa tidak karuan
"Yang sakit ini.... kenapa malah pegangin dada...." seorang pria tiba-tiba meletakan tangan kanan Honey di tangan kirinya yang di gips
"Risman kayaknya aku terkena penyakit jantung deh...." mendengar ucapan Honey tersebut membuat pria itu kaget. Wajahnya yang tadi tersenyum berubah menjadi khawatir.
"Kata dokter kamu kena penyakit jantung?" Risman berbisik karena saat itu ada banyak orang yang melewati tangga. Dia mengira yang di katakan Honey adalah benar
"Oh... nggak, dokter cuman bilang tangan ku terkilir dan harus menjalani perawatan. Dia tidak mengatakan aku sakit jantung...." dengan wajah polosnya Honey membantah
"Terus maksud kamu tadi bilang kena penyakit jantung apa?" tanya Risman bingung
"Itu.... aku juga bingung bilangnya, yang jelas tadi untuk sesaat aku merasa sangat bersemangat dan juga jantungku berdebar kencang. Itu perasaan yang tak pernah aku alami sebelumnya...." mendengar jawaban Honey senyuman di wajah Risman langsung merekah
"Kenapa jantung kamu tiba-tiba berdebar kencang? Maksud aku sesaat sebelum kamu merasakan itu.... kamu lihat siapa?" tanya Risman sambil merangkul temannya itu mengajak Honey menaiki tangga menuju kelas
"Oh.... aku tadi liat Jeffery... biasanya aku kesal saat liat dia senyum, karena dia sering ngeledekin aku. Tapi tadi itu dia senyum.... terus aku jadi seneng liatnya..." tiba-tiba Risman menepuk-nepuk kepala Honey dan membenarkan dasi serta kerah bajunya
"Denger Honey sayang.... kamu itu kayaknya suka sama Jeffery...." Risman membisikan itu tepat di telinga Honey, jawaban Risman itu langsung di sambut tawa oleh Honey
"Nggak mungkin lah.... ngaco banget kamu...." Honey memukul lengan Risman sambil terus tertawa dan berjalan menuju kelasnya yang tinggal melewati lorong
"Coba pikirkan lagi dengan apa yang aku bilang...." Risman kembali merangkul Honey
"Nggak mungkin lah, cowok idaman aku itu...." Honey mulai memikirkan beberapa artis pria yang dia suka
"Dia harus tinggi, dia juga tidak terlalu kurus ataupun terlalu berisi, dia juga harus ganteng, memiliki mata yang tajam seperti singa, bibirnya harus berwarna merah muda meski tidak menggunakan lipstik, dia juga harus mempunyai hidung yang mancung, dan rahang yang tegas. Memikirkannya saja membuat aku senang...." Honey tampak sangat bersemangat saat mengatakan itu
"Itu semua ada pada Jeffery...." Risman menepuk punggung gadis yang sedang tersenyum lebar itu dan masuk ke kelas. Sedangkan Honey masih menepis ucapan Risman
"Yang bener aja aku suka sama Jeffery..." gumam Honey sambil terus tertawa, tawanya terhenti saat dia masuk ke kelas dan melihat Jeffery yang sedang bercanda dengan Helda di bangkunya. Matanya membulat menatap Jeffery yang tertawa ceria, kata-kata Risman terngiang di pikirannya.
"Risman bener..... semua yang aku bilang tadi ada di Jeffery..." gumam Honey sambil mematung di dekat pintu, dia terus menatap ke arah Jeffery. Sadar ada yang memperhatikannya Jeffery langsung menoleh ke arah Honey.
"Perang lagi nih...." seru beberapa teman sekelas mereka yang salah mengira tatapan Honey pada Jeffery
"Ngalah aja Jeff dia kan lagi cedera...." beberapa teman pria di kelasnya juga tampak salah paham dengan tatapan Honey tersebut. Mendengar itu Honey menggelengkan kepalanya agar tersadar dari lamunan soal pria idamannya.
"Orang-orang udah salah paham, tinggal lanjutin aja...." gumam Honey yang berjalan menuju bangkunya
"Awas.... pindah sana ke bangku kamu..." Honey berusaha bersikap seperti biasanya
"Hmmmm.... nggak mau...." jawab Jeffery sambil memangku dagunya menatap ke arah Honey, dulu saat Jeffery bersikap begitu Honey akan langsung mengamuk. Tapi kali ini dia menyukainya dan merasa kalau yang di lakukan Jeffery sangat imut.
"Aku bisa gila kalau kayak gini...." mendengar jawaban Honey seketika teman-teman sekelasnya langsung ribut
"Ronde pertama...." seru mereka yang salah memahami maksud ucapan Honey, mendengar sorak dari temann sekelasnya membuat Honey frustasi. Dia menoleh ke arah Helda tapi temannya itu juga malah tampak bersemangat menantikan pertengkaran Jeffery dan Honey
"Kamu mau duduk di sini?" tanya Honey sambil menghela nafas panjang
"Hmmm...." jawab Jeffery tersenyum sambil menganggukan kepalanya
"Dia sangat imut...." pikir Honey saat melihat sisi lain yang tak pernah dia lihat sebelumnya, dulu dia selalu melihat Jeffery sebagai musuhnya. Itu sebabnya ketampanan Jeffery tak terlihat oleh Honey.
"Iya udah deh terserah kamu...." jawab Honey sambil berjalan ke bangku Jeffery yang kosong. Melihat tingakah Honey yang tak biasa membuat teman-teman sekelasnya heran termasuk Jeffery dan Helda.
"Kayaknya dia sedih banget karena nggak bisa ikut tanding...." Helda memperhatikan punggung temannya yang duduk di bangku depan
"Jeffery minta maaf sana, kayaknya si Honey nggak mood buat marah-marah...." mendengar itu Jeffery jadi mengingat saat Honey mengatakan kalau dia merasa sedih karena tak bisa ikut bertanding akibat cedera tangan. Wajah Jeffery yang tadi cengengesan berubah menjadi sedih, perlahan dia mendekati Honey dan berjongkok di hadapan Honey sambil menatapnya
"Maaf iya.... aku cuman bercanda doang, padahal semalem kamu udah bilang kalau kamu sedih karena nggak bisa tanding. Harusnya aku lebih pengertian karena kamu ngomong itu cuman sama aku....." Jeffery menatap Honey dengan tatapan yang manis seperti anak kucing. Seketika jantung Honey berdebar sangat cepat, padahal dia sengaja pindah ke bangku depan agar tak berhadapan dengan Jeffery tapi yang di hindari malah mengikutinya sambil bersikap manis.
"Kamu kenapa sih? Aku lagi nggak mau liat kamu...!" mendengar Honey yang marah teman-teman sekelasnya langsung memperhatikan
"Nah... udah di mulai lagi nih..." terdengar anak-anak yang malah bersemangat
"Denger.... aku lagi nggak mau ribut jadi pilih, kamu mau duduk di sini atau di bangku aku?" tanya Honey sambil berdiri, terlihat Jeffery yang merasa bersalah dan ikut berdiri
"Aku duduk di sini aja, kamu kan suka kalau duduk bareng Helda di banding sama aku...." jawaban Jeffery membuat Honey menganga, untuk sesaat dia salah paham mengira Jeffery mengetahui isi hatinya
"Nah... itu tahu.... aku nggak suka sama kamu...." jawab Honey gagap dan langsung pindah ke bangkunya, mendengar jawaban Honey membuat Jeffery sedikit sedih. Dia hanya ingin mengajak Honey bercanda bukannya membuat Honey marah dan sedih. Honey duduk dan menenggelamkan wajahnya di meja. Honey tak ingin di tanya ataupun bicara pada siapapun, saat ini dia sedang sangat kesal pada dirinya sendiri. Helda yang berada di sebelahnya hanya bisa memperhatikannya. Helda ingin mengelus kepala Honey tapi dia tak berani, jadi dia hanya diam memperhatikan punggung Honey. Saat yang lain berpikir Honey sedih karena tidak bisa ikut bertanding. Risman yang mengetahui alasan Honey galau langsung tertawa kecil.
"Dia pasti kesal sendiri karena jatuh cinta dengan musuhnya sendiri, itulah kenapa orang-orang sering bilang jangan terlalu benci nanti bisa-bisa jadi cinta...." gumam Risman sambil membuka buku pelajarannya dengan ceria. Teman sebangkunya tampak kaget melihat Risman yang tertawa senang saat membuka buku matematika. Padahal pelajaran matematika adalah kelemahan terbesar Risman. Walau temannya menatap dengan risih tapi Risman tetap tersenyum ceria.
"Ini akan menyenangkan...." gumam nya sambil melirik Honey dan Jeffery bergantian.
***************