Air mata yang mulai membahasi pipi Lexa mau tak mau membuat Vano seolah sadar. Dia mendorong sedikit tubuh Lexa dan bisa melihat dengan jelas air mata itu turun dari matanya yang lentik. Seketika dia merasa berdosa dengan tindakannya. Dia sama sekali tidak bermaksud menyakiti gadis itu, dia hanya sedikit cemburu dan mungkin juga ingin.
"Lexa, maafkan aku!" Vano merasa bersalah dan Lexa berusaha segera pargi.
Tentu saja Vano tidak ingin semuanya berakhir dengan kesalahpahaman.
"Lexa, tunggu! Aku akan menjelaskannya!"
Lexa tidak mau mendengar dan memilih untuk pergi ke kamarnya sendiri yang dia pastikan benar untuk kali ini.
Vano tertinggal dengan perasaan emosi. Dia kesal karena dia akui dirinya bodoh untuk urusan wanita. Harusnya dia memang memperlakukan Lexa dengan lebih lembut dan penuh perasaan. Siapa sangka Valdo melihat Lexa yang keluar dari kamar Vano dengan menangis. Dia belum tahu apa yang terjadi jadi hal pertama yang dia lakukan adalah masuk ke dalam kamar sang kakak.